Laporkan Adanya Kematian 600 Warga, Komnas HAM Ethiopia Curigai Pemerintah dan Polisi

- 25 November 2020, 21:27 WIB
Ilustrasi pengamanan konflik Tigray, Ethiopia.
Ilustrasi pengamanan konflik Tigray, Ethiopia. /Al Jazeera

Diketahui, perang saudara di Ethiopia pecah sejak 4 November 2020 lalu, ketika Perdana Menteri Abiy Ahmed melancarkan serangan terhadap pemerintah daerah Tigray.

Hal ini didorong dugaan serangan yang dilakukan oleh pasukan keamanan Tigray terhadap pos-pos militer pemerintah pusat di wilayah utara.

Sejak saat itu, informasi sulit diperoleh dan diverifikasi karena ada pemutusan komunikasi dan akses ke Tigray yang dikontrol dengan ketat.

Baca Juga: Sebarkan Hoaks Covid-19, Bareskrim Polri Tetapkan 104 Tersangka

Kedua belah pihak dituduh melakukan kekejaman terhadap warga sipil, dengan ribuan orang diyakini telah terbunuh dan puluhan ribu lainnya mengungsi hingga saat ini.

Sementara itu, Penguasa Tigray dari Front Pembebasan  Rakyat Tigrayan (TPLF), sebelumnya menolak tanggung jawab atas kasus pembantaian di Mai Kadra.

Beberapa dari 40 ribu orang yang mengungsi ke Sudan menuduh pemerintah ingin memusnahkan orang-orang Tigray.

“Pemerintah ingin mengusir orang Tigray, jadi kami lari. Orang-orang hidup dalam konflik di sana," kata Gowru Awara, seorang pengungsi Ethiopia di Sudan.

Baca Juga: Film 'Sobat Ambyar' yang Diproduseri Mendiang Didi Kempot Akan Segera Tayang di Awal 2021

Namun, pemerintah menyangkal telah menargetkan warga sipil dalam kampanyenya melawan TPLF dan menolak tuduhan diskriminasi terhadap etnis Tigray.

Halaman:

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x