Meski kedengarannya tidak masuk akal, klaim ini sebenarnya bukannya tanpa alasan.
Pada tahun 2019 lalu, dua sarjana Amerika menulis makalah yang meneliti ambisi Tiongkok untuk menerapkan bioteknologi untuk meningkatkan tubuh manusia, yang dikhawatirkan oleh mereka saat itu, juga akan meningkatkan kualitas fisik dari PLA.
Baca Juga: Warganet Komentari Paras Istrinya, Ernest Prakasa: Cari Pasangan Bukan yang Cakep, Tapi yang Cocok
Secara khusus, para peneliti telah mengeksplorasi penelitian Tiongkok dengan menggunakan alat pengeditan gen CRISPR, singkatan dari "kelompok pengulangan palindromik pendek yang saling bertumpang tindih."
CRISPR telah digunakan untuk mengobati penyakit genetik dan memodifikasi tanaman, tetapi para ilmuwan Barat menganggap tidak etis untuk berusaha memanipulasi gen untuk meningkatkan kinerja orang sehat.
"Sementara potensi pemanfaatan CRISPR untuk meningkatkan kemampuan manusia di medan perang yang mungkin bisa meletus di masa depan tetap hanya merupakan kemungkinan hipotetis saat ini," tulis para peneliti, Elsa Kania, seorang ahli bahasa Tiongkok di bagian teknologi pertahanan, Center for a New American Security, dan Wilson VornDick, konsultan masalah Tiongkok dan mantan perwira Angkatan Laut.
Baca Juga: Juliari Batubara Ambil Jatah Bansos, Alissa Wahid: Dia Pernah Tuding Foto Bansos Gusdurian Palsu
"Namun, ada indikasi bahwa peneliti militer Tiongkok mulai mengeksplorasi potensi tersebut," kata mereka
Selain itu Tiongkok juga telah memikirkan penggunaan dari uji coba tersebut.
"Ilmuwan dan ahli strategi militer Tiongkok secara konsisten menekankan bahwa bioteknologi dapat menjadi 'komando strategis baru dari Revolusi masa depan dalam Urusan Militer,'" kata para sarjana, mengutip artikel tahun 2015 di sebuah surat kabar militer.
Editor: Puji Fauziah
Sumber: NBC News