Itu terletak di antara kota-kota modern Xi'an dan Xianyang di tepi utara Sungai Weihe, anak sungai terbesar Sungai Kuning di Shaanxi.
Arkeolog mulai menjelajahi reruntuhan istana Dinasti Qin pada 1950-an dalam upaya awal yang berlanjut hingga 1980-an.
Peneliti dari Akademi Arkeologi Shaanxi telah mengerjakan reruntuhan ibu kota dinasti Xianyang, sejak 2014. Sebelum memutuskan situs penggalian, mereka menjelajahi area seluas lebih dari 5 juta meter persegi.
"Kami butuh waktu dua tahun untuk menemukan daerah Xianyang kuno tempat kami sekarang bekerja," kata Zhang.
Baca Juga: Jelang Piala Menpora, Raffi Ahmad dan Selebritis FC Kampanyekan Protokol Kesehatan di Laga Amal
Kota kuno adalah rumah bagi istana,gudang kerajaan, tempat tinggal, area pemakaman dan bengkel. Xu Weihong, seorang arkeolog lain menuturkan pernah ada pagoda di kota kuno tersebut.
Sebuah bangunan utama, Pagoda Epang, dulu berdiri di area selatan kota yang belum dijelajahi.
"Itu dikenal sebagai bangunantertinggi di dunia. Dibangun oleh Kaisar Qin Pertama, itu adalah landmark negara kesatuan," katanya.
Baca Juga: Tidak Jelas Setelah Revisi UU KPK, Febri Diansyah: Ada Masalah Sangat Serius di Internal KPK