Lam mengatakan otoritas kesehatan belum menarik kesimpulan apakah kasusnya terkait dengan suntikan Sinovac-nya atau bukan.
Dia juga menuturkan tidak ada pihak pemerintah yang mendekatinya untuk menindaklanjuti kejadian yang ia alami.
"Saya menganggap diri saya orang yang tidak beruntung," katanya.
“Jika saya bisa memilih lagi, saya tidak akan mengambil vaksin. Tapi saya tidak akan menasihati orang lain apakah ia harus mengambilnya atau tidak karena ini adalah pilihan pribadi mereka," sambungnya.
Lam adalah penduduk ke-12 yang diketahui mengalami kelumpuhan wajah sementara, suatu kondisi yang dikenal sebagai Bell's palsy, setelah menerima suntikan.
Penderita lainnya adalah semua pria berusia antara 37 dan 86 tahun, semuanya mengambil suntikan Sinovac kecuali satu, yang menggunakan vaksin lain yang didistribusikan di Hong Kong, BioNTech buatan Jerman.
Pemerintah mencantumkan Bell's palsy sebagai efek samping langka dari suntikan BioNTech saja, sementara ahli medis tidak menemukan hubungan langsung antara 11 kasus tersebut dengan vaksin Sinovac.
Pari Ahli di kota setempat mengatakan akan terus memantau situasi san menyarankan pihak berwenang dan produsen vaksin.
Baca Juga: Ledakan Bom Terjadi di Gereja Katredal Makassar Minggu Pagi, Ditemukan Diduga Potongan Tubuh Pelaku
Apabila jumlah orang yang divaksinasi dan mengembangkan kondisi tersebut lebih tinggi daripada prevalensi Bell's palsy di antara populasi umum yang belum menerima suntikan.