"Kewaspadaan raja dan gerakan cepat militer dan pasukan keamanan telah menggagalkan upaya kudeta untuk menggulingkannya dan menggantikannya dengan saudaranya Pangeran Hamzah Bin Al-Hussein," kata sumber itu.
Menurut Pejabat Yordania tersebut, Israel mempunyai rencana untuk menggulingkan Raja Abdullah II karena pemimpin Yordania tersebut menolak gagasan “kesepakatan damai AS di Timur Tengah”.
Diketahui, gagasan tersebut dicetuskan oleh mantan Presiden AS, Donald Trump dengan sederet negara Arab dan Islam yang mencapai normalisasi hubungan diplomatic dengan Israel.
Gagasan yang dijuluki sebagai “kesepakatan abas ini” tersebut dipandang oleh Raja Abdullah II sebagai rencana Israel untuk mencaplok Lembah Yordan serta menghilangkan kesempatan bagi Palestina untuk mencapai kemerdekaan.
Surat kabar itu menambahkan bahwa Putra Mahkota Arab Saudi setuju untuk mendukung skema Israel dengan imbalan transfer perwalian atas situs-situs suci di Yerusalem yang diduduki dari Yordania ke Arab Saudi.
Baca Juga: Seniman Belgia Ciptakan Gelembung 'Oasis Portable' Bebas Covid-19
Dengan persetujuan AS, lanjutnya, Pangeran Mohammed Bin Salman memberi wewenang kepada mantan kepala istana kerajaan, Basem Awadallah, untuk membuat persiapan yang diperlukan untuk pengalihan kekuasaan di tingkat keluarga.
Selain itu, Pangeran Mohammed bin Salman juga memerintahkan kepala Fatah yang digulingkan, Muhammad Dahlan untuk ditugaskan memobilisasi orang-orang Palestina di Yordania dan suku lokal.
Menurut laporan itu, Arab Saudi mempersenjatai beberapa suku selatan, dengan memberikan kewarganegaraan Arab Saudi kepada mereka sebagai imbalan untuk melakukan tindakan militer jika perlu.***