Elon Musk Ternyata Sempat Alami Sindrom Asperger, Bagaimana Gejala Penyakit Orang Terkaya di Planet?

- 17 Mei 2021, 11:21 WIB
Orang terkaya di Planet Elon Musk sekaligus Pemilik SpaceX dan CEO Tesla sempat alami Sindrom Asperger.
Orang terkaya di Planet Elon Musk sekaligus Pemilik SpaceX dan CEO Tesla sempat alami Sindrom Asperger. /TNS

PR BEKASI – Orang terkaya di Planet Elon Musk mengungkapkan beberapa waktu lalu dirinya mengalami sindrom Asperger, lapor Antara.

Lantas apa sebenarnya sindrom Asperger yang sempat dialami oleh Pemilik SpaceX dan CEO Tesla tersebut.

Berikut penjelasan dan bagaimana mengenali sindrom Asperger seperti dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Healthline pada Senin, 17 Mei 2021:

Sindrom Asperger merupakan gangguan perkembangan bagian dari gangguan spektrum autisme (ASD), menurut National Institute of Neurological Disorders and Stroke (NINDS).

Baca Juga: Ambil Risiko di Misi Penaklukan Mars, Elon Musk: Ini Sangat Berbahaya, Mungkin Beberapa Orang Akan Meninggal

ASD sendiri tergolong sekelompok kondisi neurologis yang dapat menyebabkan gangguan dalam keterampilan bahasa dan komunikasi, bersama dengan pola berulang atau restriktif.

Gejala terbesar sindrom Asperger adalah minat obsesif pada satu objek atau topik. Anak-anak dengan sindrom Asperger ingin tahu segalanya tentang topik tertentu itu, dan mereka tidak ingin banyak membicarakan hal lain.

Gejala lain sindrom ini bisa termasuk: rutinitas yang berulang, keanehan saat berbicara dan berbahasa, perilaku yang tidak pantas secara sosial dan emosional, ketidakmampuan untuk berhasil berinteraksi dengan teman sebaya, masalah dengan komunikasi nonverbal, canggung.

Anak-anak dengan sindrom Asperger sering diisolasi karena keterampilan sosial yang buruk dan memiliki riwayat keterlambatan perkembangan, kata NINDS.

Baca Juga: Produknya Dituding Jadi Alat Mata-mata, Elon Musk Dikabarkan Akan Tutup Tesla di China

Apakah sindrom Asperger masih merupakan diagnosis?

Secara teknis, tidak. Edisi kelima Diagnostik dan Statistik Manual Gangguan Mental (DSM-5) menghapus Sindrom Asperger pada tahun 2013 dan memasukkannya ke dalam istilah umum gangguan spektrum autisme.

Kondisi yang sebelumnya hanya dikenal dengan autisme ini berkembang menjadi gangguan spektrum autisme.

"DSM menggambarkan gangguan spektrum autisme ringan, sedang, atau parah, meskipun kriteria untuk membedakan di antara tiga tingkat ini agak kabur dan belum divalidasi," kata profesor psikiatri di University of Pennsylvania Perelman School of Medicine and Director of the Penn Center for Mental Health, David Mandell.

Baca Juga: Kemerahan Masyarakat Papua Terhadap Pembangunan Peluncuran SpaceX Elon Musk di Biak Disorot Media Asing

Ada beberapa alasan mengapa Asperger tidak lagi menjadi diagnosis, salah satunya sulit dibedakan dari autisme. Bahkan dokter yang sangat berpengalaman dan terampil tidak dapat menyetujui kasus ini.

Sindrom Asperger dan autisme sekarang dianggap sebagai diagnosis yang sama. Artinya, keduanya bagian dari gangguan spektrum autisme.

Sindrom Asperger dulu dipandang berbeda dari ASD karena orang dengan Asperger memiliki tingkat bahasa dan kecerdasan rata-rata atau lebih tinggi dari rata-rata, menurut Cleveland Clinic.

Dari sudut pandang medis, Pakar kesehatan dari The Ohio State University Wexner Medical Center, Christopher Hanks mengatakan istilah Asperger tidak boleh digunakan pada saat ini.

Tapi, ini tidak berarti seseorang yang mengatakan dirinya terkena sindrom Asperger seperti Elon Musik tak boleh mengatakannya.***

Editor: Rinrin Rindawati

Sumber: Healthline ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x