Ilmuwan Kelautan Ciptakan Teknologi Baru Restorasi Terumbu Karang, Cegah Kerusakan Akibat Perubahan Iklim

- 29 Mei 2021, 09:22 WIB
Ilmuwan kelautan, Deborah Brosnan didanai oleh pengusaha AS untuk menciptakan teknologi baru restorasi terumbu karang cegah perubahan iklim.
Ilmuwan kelautan, Deborah Brosnan didanai oleh pengusaha AS untuk menciptakan teknologi baru restorasi terumbu karang cegah perubahan iklim. /Reuters/Deborah Brosnan


PR BEKASI - Ilmuwan kelautan, Deborah Brosnan merasa seperti pengunjung ke pesta yang menakjubkan, dalam perjalanan menyelamnya ke sebuah teluk di dekat pulau Karibia Saint Barthelemy.

Di sama dia berenang di atas terumbu karang bersama Nurse Shark atau hiu perawat, penyu dan ikan warna-warni yang tidak terhitung jumlahnya.

Tetapi dia terkejut dengan apa yang dilihatnya saat kembali terjun ke teluk tersebut, dia tidak melihat ada kehidupan lagi di bawah teluk tersebut.

Diketahui sebelumnya pada 2017 telah terjadi Badai Irma yang melanda pulau tersebut.

Baca Juga: 'Marah' Luhut Ajak Sandiaga Jaga Terumbu Karang, Susi Pudjiastuti: Permen Ekspor pun Harus Dicabut!

"Semuanya mati," katanya dalam sebuah wawancara dengan Reuters, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com melalui Asiaone, Sabtu, 29 Mei 2021.

"Tidak ada hiu, tidak ada penyu, tidak ada rumput laut, tidak ada karang hidup. Saya merasa seperti kehilangan teman," ucapnya.

Penelitian terbaru juga menunjukkan bahwa suhu atmosfer yang lebih hangat dan kenaikan permukaan laut berkontribusi pada badai tropis sehingga merusak karang tersebut.

Sementara itu, dari pengalaman menyelamnya, Brosnan membantu ilmuwan mencetuskan misi untuk menciptakan teknologi restorasi terumbu karang.

Baca Juga: Ilmuwan AS Sukses Ciptakan Makhluk Gabungan Manusia-Monyet Pertama dalam Percobaan Embrio 'Chimera'

Teknologi baru tersebut bertujuan untuk memulihkan kerusakan terumbu karang akibat perubahan iklim.

Proyek tersebut akan menjangkau satu hektar atau 2.6 hektar terumbu yang telah mati di lepas pantai negara Karibia Antigua dan Barbuda.

Proyek tersebut diumumkan pada Kamis, 27 Mei 2021 di Global Citizen's Forum, yang dikenal sebagai Ocean-Shot.

Teknologi itu juga didanai oleh pengusaha Amerika Serikat (AS) John Paul DeJoria, selaku salah satu pendiri produk rambut Paul Mitchell.

Baca Juga: Para Ilmuwan Kembangkan 'Cara Gila' Metode Tes Covid-19 dengan Lebah

Selain itu, pejabat proyek mengatakan bahwa, modul terumbu yang dibangun juga akan membantu melindungi komunitas pantai terdekat dari gelombang badai dan kenaikan permukaan laut.

Brosnan juga ikut dalam memimpin upaya tersebut, dia mengatakan bahwa para ilmuwan akan menguji teknologi baru yang bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan terumbu karang, yang secara alami membutuhkan waktu hingga satu dekade untuk memulihkan satu hektar terumbu.

Pembibitan karang terdekat juga akan menumbuhkan beberapa spesies yang pada akhirnya akan membantu mengisi penggantian terumbu.

Ocean-Shot akan diluncurkan pada waktu genting. Kemudian para ilmuwan memperkirakan bahwa hingga setengah dari terumbu karang dunia telah hilang dan sisanya terancam.

Baca Juga: Saking Dahsyatnya, Ilmuwan Sebut Ledakan Beirut Sebanding dengan Dampak Letusan Gunung Berapi

Brosnan juga mengatakan bahwa, dari Pulau Karibia hingga Pasifik Barat, efek perubahan iklim telah menyebabkan pemutihan karang, peningkatan pengasaman laut, dan badai tiada henti yang telah merusak terumbu karang dunia.

"Banyak orang tidak sepenuhnya menghargai keadaan laut karena mereka tidak melihatnya," ujar Brosnan.

Terumbu karang mendukung lebih dari 25 persen keanekaragaman hayati laut, termasuk penyu, ikan dan lobster, yang menjadi bahan bakar industri perikanan global.

"Karang itu seperti gedung apartemen, dengan spesies berbeda yang hidup di setiap lantai dari basement hingga penthouse," kata Brosnan, menambahkan.

Baca Juga: Ilmuwan Temukan Dunia Tersembunyi yang Dihuni Makhluk Tak Dikenal dalam Es Antartika

Terumbu karang juga mengurangi aliran pasir ke pantai, melengkapi pantai putih menjadi berkilauan, yang menjadikan Pulau Karibia hot spot turis global.

“Pantai berpasir putih di pulau tropis sebenarnya adalah kotoran ikan kakatua,” ujarnya.

Brosnan memperkirakan dampak finansial yang besar pada perikanan dan pariwisata jika sisa terumbu di dunia mati.

“Sangat memprihatinkan di mana Anda bisa tinggal jika terumbu karang menghilang, bagaimana Anda bisa mencari nafkah jika perikanan hilang dan kemana Anda harus pindah sekarang,” katanya.

Brosnan juga menambahkan bahwa, setelah implementasi proyek di Antigua dan Barbuda selesai, para pejabat berharap untuk meniru proyek Ocean-Shot di lokasi lain, yaitu di Karibia dan Amerika Latin, serta di wilayah lain.***

Editor: Rinrin Rindawati

Sumber: Asiaone


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x