Sudah lama ada desas-desus dalam masyarakat adat, yang juga dibahas oleh komisi, tentang anak-anak yang dikuburkan di sekolah-sekolah ini.
Laporan berjudul 'Anak-anak Hilang dan Pemakaman Tanpa Tanda', mengidentifikasi 3.200 anak yang meninggal di sekolah-sekolah asrama, sekitar sepertiga di antaranya tidak disebutkan namanya.
Baca Juga: Dukung Jokowi Tapi Tak Dapat Jabatan Komisaris BUMN, Addie MS: Masalahnya di Mana?
Sejak publikasi laporan itu pada tahun 2015, 900 tambahan telah diidentifikasi.
Orang tua "berbicara tentang anak-anak yang pergi ke sekolah dan tidak pernah kembali," tulis laporan itu.
Sebuah kelompok kerja yang dibentuk oleh komisi tersebut pada tahun 2007 mengusulkan, antara lain, sebuah studi untuk mengidentifikasi kuburan yang tidak bertanda.
Sementara pemerintah Kanada awalnya menolak dana C$1.5 juta sekira Rp16 miliar (kurs Rp11.000) yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan tersebut.
Namun pada akhirnya pemerintah mengumumkan pada 2019 C$33.8 sekira Rp371 juta selama tiga tahun untuk 'Daftar Kematian Siswa Sekolah Asrama Nasional' dan pencatatan online pemakaman sekolah perumahan.
Sekarang ada seruan baru agar Kanada berbuat lebih banyak untuk mengungkap apa yang terjadi.