PR BEKASI - Pemerintah China memutuskan untuk memperbolehkan rakyatnya memiliki tiga anak.
Kebijakan baru itu pun ditanggapi dengan baik oleh rakyat China, yang selama ini hanya diperbolehkan memiliki satu hingga dua anak.
Tidak lama pengumuman soal kebijakan baru itu muncul ke publik, ternyata berpengaruh baik pada sektor usaha.
Menurut laporan Reuters, nilai saham produsen mainan, popok, serta makanan anak-anak mengalami peningkatan.
Baca Juga: China Laporkan Virus Flu Burung Varian Baru yang Bisa Menular ke Manusia
Salah satu produsen mainan yang sahamnya naik akibat kebijakan terbaru China adalah Goldlok Holdings (Guangdong).
Saham mereka dilaporkan naik ke batas 10 persen, hal yang sama juga dialami oleh produsen perlengkapan balita Jinfa Labi Maternity and Baby Articles dan produsen susu formula Beingmate Co.
Sementara itu, Manajer Hedge Fund yang berbasis di Beijing, Hu Yunlong, menyakini kenaikan nilai saham ini diakibatkan spekaulasi jangka pendek.
Menurutnya, tidak akan terjadi perubahan fundamental akibat kebijakan baru soal tiga anak China.
"Ini karena spekulasi saja," katanya, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Reuters pada Selasa, 1 Juni 2021.
Penasihat Investasi dari Guosheng Securities, Xu Qi, menyarakan pada investor untuk terus memantau perkembangan dari kebijakan Keluarga Berencana China.
Ia mengatakan bahwa dampaknya akan lumayan luas, hingga ke produsen-produsen garmen juga karena mereka bisa membuat pakaian bayi.
Secara umum, kebijakan tiga anak China ditanggapi skeptis oleh sejumlah pihak seperti masyarakat umum, akademisi, dan ekonom.
Baca Juga: Angka Kelahiran Turun Signifikan, China Akhirnya Izinkan Satu Keluarga Punya Tiga Anak
Menurut mereka, kebijakan tersebut tidak akan menggenjot angka kelahiran di China.
Seperti diketahui bahwa yang dipermasalahkan dan yang menjadi sorotan utama yakni dari bukanlah boleh atau tidaknya memiliki anak lebih dari satu.
Namun, biaya hidup di China dinilai cukup tinggi yang membuat pasangan ragu untuk memiliki anak.
Salah satu tokoh yang beranggapan demikian adalah Hao Zhou, ekonom senior dari Commerzbank.
Menurutnya, jika kebijakan tiga anak dilonggarkan bisa meningkatkan angka kelahiran, maka hal itu seharusnya sudah terjadi sejak 2016.
Pada 2016 silam, China melonggarkan kebijakan satu anak per keluarga menjadi dua anak.
"Lagipula, siapa yang mau punya tiga anak? Pasangan muda saja maksimal hanya sanggup dua anak. Isu mendasarnya adalah biaya dan tekanan hidup yang terlalu tinggi," kata Zhou.
Administrasi Presiden Xi Jinping, per berita ini ditulis, belum memberikan komentar atas reaksi yang beragam terhadap kebijakan tiga anak di China.
Namun, tanggapan dari berbagai pihak sudah mulai mencuat ke publik hingga saat ini.***