“Muslim UEA lebih bersemangat untuk tidak berhubungan dengan Israel daripada penguasa mereka,” katanya.
Seperti diketahui, UEA dan Bahrain menandatangani perjanjian normalisasi dengan Israel pada September 2020 lalu dan sejak itu menandatangani beberapa perjanjian kerja sama.
Oleh karena itu, tak heran banyak produk Israel dapat mudah ditemukan di dua negara Timur Tengah tersebut.
Tak hanya diimpor ke UEA dan Bahrain, dua negara tersebut secara sembunyi-sembunyi kembali mengimpor produk Israel ke beberapa negara yang tidak mengakui keberadaan negara Zionis tersebut yang salah satunya adalah Kuwait.
Baca Juga: Israel Kian Bringas, Anak 14 Tahun Ini Ditangkap Gara-gara Lukis Bendera Palestina di Wajah Teman
Penemuan produk Israel di berbagai pasar di Kuwait tersebut kemudian memicu kemarahan warga negara tersebut.
Pada November 2020, Kementerian Perdagangan dan Industri Kuwait menutup delapan toko setelah menerima keluhan dari konsumen yang mengindikasikan bahwa perusahaan lokal menjual produk Israel dan merujuk kasus tersebut ke Kantor Kejaksaan Umum.
Beberapa hari kemudian, cendekiawan Kuwait terkemuka Tareq Al-Suwaidan menyerukan boikot terhadap perusahaan-perusahaan Arab yang berurusan dengan Israel selama seminar yang diselenggarakan oleh kelompok anti-normalisasi UEA.
Sampai saat ini masih banyak negara di seluruh dunia, khusunya negara mayoritas Muslim tidak mengakui keberadaan Israel.
Mereka justru mengakui keseluruhan wilayah yang saat ini diakui oleh Israel sebagai wilayah milik Palestina yang merupakan penduduk asli wilayah tersebut sejak dahulu kala.***