Joe Biden Kejar Para Penjual Senjata Ilegal Usai Lonjakan Kasus Pembunuhan di AS

- 24 Juni 2021, 12:24 WIB
Presiden AS, Joe Biden akan menargetkan penjualan senjata ilegal lantaran lonjakan kasus pembunuhan di AS meningkat.
Presiden AS, Joe Biden akan menargetkan penjualan senjata ilegal lantaran lonjakan kasus pembunuhan di AS meningkat. /Reuters/Jonathan Ernst

PR BEKASI - Presiden AS Joe Biden berjanji untuk mengejar pengedar senjata ilegal dan meningkatkan pendanaan federal dan dukungan untuk penegakan hukum setempat.

Joe Biden mengatakan bahwa hal itu terjadi karena tingkat pembunuhan melonjak di kota-kota besar di AS.

Selain itu Joe Biden juga menambahkan bahwa pemerintah AS tidak akan menoleransi bagi pengedar senjata api nakal yang melanggar hukum federal.

"Pedagang kematian melanggar hukum demi keuntungan," kata Biden, dikutip Pikiranrakyat-bekasi.com melalui Reuters, Kamis, 24 Juni 2021.

Baca Juga: Akibat Kebijakan Joe Biden, Ribuan Migran yang Terdampar di Meksiko Diculik, Diperkosa, dan Diperdagangkan

Dia mengatakan pemerintah juga akan membantu negara bagian mempekerjakan lebih banyak petugas polisi menggunakan dana yang telah disetujui untuk membantu pemulihan ekonomi dari pandemi Covid-19.

“Pesan saya kepada Anda adalah ini, kami akan menemukan Anda dan kami akan mencari lisensi Anda untuk menjual senjata. Kami akan memastikan Anda tidak dapat menjual kematian dan kekacauan di jalan-jalan kami ” kata Biden, berbicara kepada para pengedar senjata.

Dia mengatakan bahwa pemerintah juga akan memperkuat upaya Biro Alkohol, Tembakau, Senjata Api dan Bahan Peledak (ATF) untuk menghentikan perdagangan senjata ilegal di seluruh negara bagian.

Selain itu, Merrick Garland selaku Jaksa Agung di Gedung Putih, kembali mengulangi langkah-langkah yang diumumkan oleh Departemen Kehakiman.

Baca Juga: Joe Biden Kehilangan Anjing yang Dianggap Anak Sendiri: Berat Hati dan Kami Akan Merindukannya

Pada April lalu, Biden telah menandatangani perintah eksekutif yang meminta DOJ untuk menindak lanjuti 'senjata hantu' yang dirakit sendiri.

Perintah semacam itu memungkinkan Biden untuk bertindak cepat tanpa menunggu Kongres, di mana Demokrat memegang mayoritas tipis dan Partai Republik umumnya menentang undang-undang pengendalian senjata.

Hak senjata yang dilindungi oleh Amandemen Kedua Konstitusi AS, adalah salah satu masalah politik paling sulit di Amerika.

Di mana tingkat kematian dan senjata di AS melebihi negara-negara kaya lainnya.

Baca Juga: Akun Twitter Generasi Muda NU Sebar Video Hoaks Erdogan Cium Tangan Biden, Gus Umar: Jangan Bikin Malu!

Pada 2020 pembunuhan di kota-kota besar AS naik hingga 30 persen dari tahun sebelumnya.

Sementara serangan senjata naik sebanyak 8 persen dengan tingkat tercepat di kota-kota besar termasuk Chicago dan Houston.

Secara keseluruhan angka nasional masih jauh di bawah rata-rata nasional pada tahun 1970-an atau 1980-an.

Smentara itu pada kejahatan properti, seperti perampokan dan pencurian, turun secara signifikan pada 2020.

Baca Juga: Joe Biden Pertanyakan Rencana China yang Akan Menyelidiki Asal-Usul Covid-19

Sebelumnya, Presiden Joe Biden dan Garland melakukan pertemuan dengan walikota Baltimore, Maryland dan Rapid City, South Dakota, kepala polisi Baton Rouge, Louisiana, dan pakar lainnya untuk membahas langkah-langkah keamanan masyarakat.

Departemen Keuangan AS juga merilis informasi tentang bagaimana negara bagian dan daerah dapat memanfaatkan 350 miliar dolar AS atau setara dengan Rp5 kuadriliun.

Informasi tersebut diliris dari Undang-Undang Rencana Penyelamatan Amerika untuk menanggapi kejahatan kekerasan, termasuk dengan berinvestasi dalam kepolisian masyarakat.

Sementara itu, menurut arsip kekerasan senjata AS mengatakan bahwa tahun ini, sebanyak 20.989 orang AS meninggal karena kekerasan senjata hingga 23 Juni 2021, dan lebih dari setengahnya karena bunuh diri.

Baca Juga: Cek Fakta: Erdogan Dikabarkan Cium Tangan Joe Biden, Benarkah? Simak Faktanya

Kemudian, penjualan senjata AS melonjak pada 2020 selama pandemi virus corona, di tengah kerusuhan sosial atas pembunuhan polisi terhadap orang kulit hitam dan pemilihan presiden yang diperebutkan.

"Cukup jelas bahwa lebih banyak senjata berarti lebih banyak kematian," kata David Hemenway selaku profesor Universitas Harvard.

Pada saat itu, beberapa ahli memperingatkan lonjakan pembunuhan bisa terjadi berikutnya.

"Meskipun terdapat beberapa bukti awal untuk mendukung hubungan antara penjualan senjata dan pembunuhan, tetapi diperlukan lebih banyak penelitian," kata laporan Dewan Peradilan Pidana.***

Editor: Rinrin Rindawati

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x