Xinhua mengatakan bahwa kebijakan tersebut secara signifikan bertujuan untuk mengurangi beban keuangan yang dihadapi oleh siswa dan keluarga dalam waktu tiga tahun.
Larangan tersebut mengancam akan menghancurkan industri les privat China senilai $120 miliar atau setara dengan Rp1 kuadriliun.
Selain itu juga dapat memicu aksi jual besar-besaran di saham perusahaan bimbingan belajar.
Di antaranya termasuk perusahaan New Oriental Education & Technology Group dan Koolearn Technology Holding Ltd.
Sedangkan untuk sektor pendidikan nirlaba China yang telah berada di bawah pengawasan sebagai bagian dari dorongan Beijing.
Baca Juga: Xi Jinping Kunjungi Tibet, Pertama Kali Sejak Menjabat Sebagai Presiden China
Pengawasan tersebut untuk mengurangi tekanan pada anak-anak sekolah dan mengurangi beban biaya pada orang tua.
Sementara untuk mahasiswa di provinsi dan kota di seluruh China akan kembali ke kampus mereka selama liburan musim panas tahun ini, namun tidak mengikuti kelas.
Kemudian untuk sekolah dasar Beijing menawarkan layanan penitipan anak untuk siswa dari tujuh sekolah terdekat.***