Beijing Desak Washington, Minta Berhenti 'mengutuk' China saat Kunjungan Resmi AS

- 26 Juli 2021, 20:08 WIB
Ilustrasi. Pihak Beijing mendesak Washington dan meminta benhenti untuk 'mengutuk' China saat kunjungan resmi AS.
Ilustrasi. Pihak Beijing mendesak Washington dan meminta benhenti untuk 'mengutuk' China saat kunjungan resmi AS. /Reuters/Aly Song

 

PR BEKASI - Hubungan antara China dan Amerika Serikat (AS) saat ini tengah menjadi sorotan publik.

Seperti diketahui bahwa hubungan kedua negara tersebut disebut-sebut tengah bersinggungan.

Baru-baru ini Beijing mendesak Washington untuk berhenti "mengutuk" China pada Senin, 26 Juli 2021 hari ini waktu setempat.

Hal tersebut terjadi ketika dendam menandai dimulainya pembicaraan dengan utusan tingkat tertinggi AS untuk berkunjung di bawah pemerintahan Presiden Joe Biden.

Baca Juga: China Catat 76 Kasus Baru Covid-19, Kenaikan Harian Tertinggi Sejak Januari 2021

Kunjungan Wakil Menteri Luar Negeri, Wendy Sherman ke kota utara Tianjin adalah pertemuan besar pertama antara ekonomi terkemuka dunia sejak diskusi Maret di Anchorage antara diplomat top negara runtuh menjadi lumpur.

Perjalanan Sherman bertujuan untuk mencari "pagar pembatas" ketika hubungan terus memburuk dalam berbagai masalah mulai dari keamanan siber dan supremasi teknologi hingga hak asasi manusia di Hong Kong dan Xinjiang.

"Harapannya mungkin dengan menjelekkan China, AS entah bagaimana bisa... menyalahkan China atas masalah strukturalnya sendiri," kata Wakil Menteri Luar Negeri China Xie Feng kepada Sherman, dalam pembacaan yang dikeluarkan oleh kementerian luar negeri China pada Senin pagi.

"Kami mendesak Amerika Serikat (AS) untuk mengubah pola pikirnya yang sangat sesat dan kebijakan berbahayanya," kata pernyataan itu mengutip Xie, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Channel News Asia pada Senin, 26 Juli 2021.

Baca Juga: Fakta Mengerikan Virus Monkey B yang Tewaskan Dokter di China, Seberapa Bahaya bila Terinfeksi?

Hal tersebut disampaikan seraya menambahkan bahwa Washington memandang China sebagai "musuh yang dibayangkan".

Tak hanya itu, Xie juga menggambarkan hubungan sebagai "jalan buntu" dan menghadapi "kesulitan serius".

Ia mengklaim bahwa orang-orang China memandang "retorika permusuhan AS sebagai upaya terselubung untuk menahan dan menekan China", dalam komentar yang mengingatkan pada pertukaran berapi-api antara Washington dan diplomat top Beijing Antony Blinken dan Yang Jiechi di Alaska.

Selanjutnya ia mengatakan pada hari Minggu bahwa dia telah berbicara dengan bisnis AS tentang "tantangan yang mereka hadapi di China", dan mengirim "belasungkawa yang tulus" untuk para korban banjir di provinsi Henan.

Baca Juga: China Resmi Larang Les di Luar Jam Sekolah jika demi Cari Keuntungan

AS mengatakan pekan lalu bahwa pihaknya berharap untuk menggunakan pembicaraan "terus terang" sebagai kesempatan untuk menunjukkan kepada Beijing "seperti apa persaingan yang bertanggung jawab dan sehat", tetapi ingin menghindari hubungan yang mengarah ke konflik.

Perjalanan 25-26 Juli 2021 tidak lagi menjadi kunjungan resmi penuh. Sherman tidak akan pergi ke Beijing, melainkan menghabiskan dua hari mulai hari Minggu di Tianjin, sebuah kota pelabuhan di timur laut.

Kunjungan itu secara luas dipandang sebagai langkah persiapan untuk pertemuan akhirnya antara Biden dan Presiden China Xi Jinping, karena hubungan AS-China terus terjun bebas dengan sedikit tanda perbaikan.

Sehari sebelum Sherman mendarat di China, Menteri Luar Negeri Wang Yi berjanji untuk "memberi pelajaran kepada AS" dalam memperlakukan negara lain secara setara, menandakan awal yang sulit untuk pembicaraan.

Baca Juga: Belum Usai Covid-19, Kali Ini Muncul Virus Monkey B yang Mematikan dari China

"China tidak akan menerima superioritas negara mana pun yang memproklamirkan diri," katanya seperti dikutip dalam pernyataan Kementerian Luar Negeri pada hari Sabtu.

John Kerry, mantan Menteri Luar Negeri yang menjadi utusan iklim AS, adalah satu-satunya pejabat senior lain dari pemerintahan Joe Biden yang mengunjungi China.

Kedua belah pihak tersebut kemudian berjanji untuk bekerja sama dalam perubahan iklim, meskipun ada banyak perbedaan.

Sementara itu, Joe Biden sebagian besar mempertahankan sikap hawkish terhadap China dari pendahulunya, Donald Trump ketika Washington berusaha membangun front persatuan sekutu demokratis melawan Beijing.

Pekan lalu, China dan AS memperdagangkan sanksi atas penindasan kebebasan Beijing di Hong Kong, dalam putaran terakhir dari kisah saling balas yang sedang berlangsung yang menargetkan individu termasuk mantan menteri perdagangan AS Wilbur Ross.

Washington pekan lalu mengeluarkan peringatan-peringatan untuk bisnis yang beroperasi di Hong Kong atas otonomi kota yang memburuk.

AS juga mengumpulkan sekutu termasuk NATO untuk mengecam bersama yang jarang terjadi pekan lalu atas dugaan serangan siber skala besar dari China.***

Editor: Rinrin Rindawati

Sumber: Channel New Asia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x