Kerumunan tidak hanya mengganggu rutinitas sehari-hari kota, tetapi mereka juga menghambat upaya pengendalian penyebaran Covid-19.
Media lokal menyebut bahwa setidaknya 2.000 orang mengunjungi desa setiap hari.
Beberapa penggemar bahkan berkeliaran sampai pukul 9 malam waktu setempat, menyebabkan ketidaknyamanan kepada tetangga Quan dan keluarga.
Para orang tua di desa kini sering merasa sulit untuk tidur di malam hari.
Warga desa bahkan melaporkan kejadian tersebut dan pihak berwenang sejak itu menutup desa untuk pengunjung.
Baca Juga: Olimpiade Tokyo 2020: Dibantu Kondom Gratis, Atlet Kayak Australia Berhasil Raih Medali Emas
Selain itu, ayah gadis itu, Quan Wenmao, mengatakan bahwa dia ditawari rumah dan Y200.000 yuan sekira Rp443 juta. Namun, dia menolak semua tawaran itu.
“Saya berterima kasih kepada mereka karena telah datang. Tapi saya tidak mengambil apa-apa. Saya tidak mengambil sepeser pun,” katanya, menambahkan bahwa dia telah mendesak orang untuk tetap tinggal di rumah.
“Mereka hanya bisa mengirim salam. Tidak perlu datang ke sini. Itu mengganggu hidup mereka dan kita juga, bukan?” ucap Quan.