Lalu ekstrak selulosa tersebut dicampur dengan gliserol. Gabungan bahan tersebut menjadi sebuah campuran hidrogel lunak, yang kemudian dipotong menjadi strip-strip perban.
Perban antibakteri dari kulit durian tersebut ternyata lebih baik dibandingkan perban konvensional. Sebab perban antibakteri kulit durian mampu menjaga area kulit tetap lembab, dan membantu mempercepat penyembuhan.
Selain itu proses produksi perban antibakteri dari kulit durian juga lebih hemat biaya dibandingkan produksi perban konvensional.
Sebab perban konvensional mendapatkan sifat antimikroba dari senyawa logam yang mahal, sedangkan perban antibakteri ini memiliki sifat antimikroba alami dari kulit durian dan ragi.
Professor William Chen mengatakan teknologi perban antibakteri ini juga dapat diterapkan pada limbah makanan lainnya, tidak hanya kulit durian. Seperti limbah kacang kedelai, dan biji-bijian bekas.***