Serangan Anti-Kristen di India Semakin Sering Terjadi, Ekstremis Hindu Diduga Pelakunya

- 20 September 2021, 20:38 WIB
Serangan anti-Kristen di India semakin sering terjadi yang dilakukan oleh kelompok ekstremis Hindu nasionalis India.
Serangan anti-Kristen di India semakin sering terjadi yang dilakukan oleh kelompok ekstremis Hindu nasionalis India. /REUTERS/Mansi Thapliyal/REUTERS

PR BEKASI – Tindakan kekerasan yang dilakukan oleh kelompok ekstremis Hindu nasionalis India terhadap kelompok minoritas di India semakin mengkhawatirkan.

Kali ini, serangan anti-Kristen di India semakin sering terjadi dan mencapai proporsi yang mengkhawatirkan.

Hal tersebut dikatakan oleh Sajan George yang menjabat sebagai Presiden Dewan Global Kristen India (GCIC).

Baca Juga: Perubahan Iklim Memburuk, Badai Petir Semakin Sering Terjadi di India dan Tewaskan Banyak Orang 

“Kekerasan anti-Kristen telah mengalami peningkatan di India," kata Sajan George.

"Begitu juga dengan penangkapan para pendeta Injili,” katanya, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Asia News, Senin, 20 September 2021.

Diketahui, insiden serangan terbaru telah terjadi pada Jumat, 17 September 2021.

Serangan diduga dilakukan oleh kelompok ekstremis Hindu dari Hindu Jagaran Vedike (HJV).

Dalam insiden tersebut, HJV menyerang sebuah rumah doa Kristen pribadi bernama Pusat Pragathi di distrik Udupi.

Baca Juga: Menteri Perhubungan India Berencana Ubah Suara Klakson Mobil Jadi Bunyi Biola atau Suling, Agar Enak Didengar 

Sebuah negara bagian Karnataka ketika pertemuan doa umat Kristen sedang berlangsung.

Para ekstremis Hindu menuduh Benediktus, salah satu penyelenggara acara yang telah melakukan kegiatan yang terlarang.

Mereka mengobrak-abrik fasilitas di acara tersebut dan mengancam para umat Kristen yang hadir di acara tersebut.

Serangan anti-Kristen tersebut terjadi setelah kepolisian India bergerak masuk ke tempat kejadian.

Mereka mengusir kelompok ekstremis Hindu tersebut.

Baca Juga: Guru di India Terpaksa Mengajar Murid di Emperan Rumah Penduduk, Sekolah Belum Diizinkan untuk Buka 

Setelah insiden tersebut, pihak penyelenggara acara telah dimintai pendapat terkait legalitas acara doa tersebut.

Penyelenggara acara menjelaskan bahwa acara doa bersama tersebut melibatkan komunitas lokal yang berbeda.

Sebelum kejadian penyerangan, dua orang pendeta Injili ditangkap di negara bagian Uttar Pradesh.

Pendeta Raju Majhi terjebak oleh undang-undang anti-konversi negara bagian pada 7 September 2021 di Azamgarh.

Baca Juga: Istri Ketua Partai Besar Tewas Terbunuh dalam Serangan Kawanan Monyet di India 

Dalam kasusnya juga, kelompok ekstremis Hindu membubarkan sebuah pertemuan doa.

Mereka menyeret kepala gereja Injili setempat ke kantor polisi di Jianpur.

Keesokan harinya, Pendeta Rajesh Kumar, yang pergi menemui Pendeta Majhi untuk membawakannya makanan, juga ikut ditangkap oleh kelompok tersebut.

“Ibadah Kristen terganggu, pendeta yang tidak bersalah dipukuli oleh preman sayap kanan, dan kemudian ditangkap,” kata Sajan K. George.

Baca Juga: Akui Telah Melukai Umat Hindu, Dosen di Jakarta Minta Maaf atas Dugaan Pelecehan Agama 

Dirinya menduga bahwa kelompok ekstremis Hindu tersebut diperintahkan oleh partai penguasa pemerintah India, BJP pimpinan Perdana Menteri Narendra Modi.

“Sayangnya, ini menjadi norma di negara bagian India yang diperintah oleh partai nasionalis Hindu, BJP,” katanya.

Dirinya membela diri bahwa umat Kristen yang merupakan minoritas di India hanya menjalankan haknya yang dijamin oleh Konstitusi India, tanpa melanggar hukum apa pun.

“Tuduhan konversi paksa dibuat hanya untuk menciptakan hiruk-pikuk komunal," ucap Sajan.

"Bahkan perempuan dan anak-anak pun tidak luput dari kekerasan ini. Apakah orang-orang Kristen di sekuler India adalah warga negara kelas dua?” katanya.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: Asia News


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x