Seruan Deklarasi Akhiri Perang Korea, Disebut Terlalu Prematur oleh Korea Utara

- 24 September 2021, 16:24 WIB
Tentara Korea Utara (kanan) dan (kiri) Korea Selatan berjaga-jaga di perbatasan Panmunjom yang telah memisahkan kedua Korea sejak Perang Korea, di Paju , Korea Selatan, 26 Juni 2015.
Tentara Korea Utara (kanan) dan (kiri) Korea Selatan berjaga-jaga di perbatasan Panmunjom yang telah memisahkan kedua Korea sejak Perang Korea, di Paju , Korea Selatan, 26 Juni 2015. /REUTERS/Ahn Young-joon/Pool

 

PR BEKASI - Seruan Korea Selatan untuk mendeklarasikan berakhirnya Perang Korea, ditanggapi oleh Korea Utara.

Negara yang dipimpin oleh Kim Jong Un menyebut seruan berakhirnya Perang Korea terlalu Prematur atau terlalu dini.

Korea Utara menyebutnya masih terlalu dini karena tidak ada jaminan bahwa hal itu akan mengarah pada penarikan "kebijakan bermusuhan AS" terhadap Pyongyang, menurut laporan KCNA mengutip Wakil Menteri Luar Negeri Ri Thae Song.

Presiden Korea Selatan Moon Jae-in pada Selasa mengulangi seruan untuk mengakhiri Perang Korea secara resmi dalam pidatonya di Majelis Umum PBB.

Baca Juga: Korea Utara Cemooh Rudal Milik Korea Selatan: Masih Tahap Bayi, Belum Sempurna

Ia juga mengusulkan agar kedua Korea dengan Amerika Serikat, atau dengan Amerika Serikat dan China, membuat deklarasi semacam itu.

Kedua Korea secara teknis masih berperang setelah konflik 1950-1953 mereka berakhir dengan gencatan senjata daripada perjanjian damai.

"Tidak ada yang akan berubah selama keadaan politik di sekitar DPRK tetap tidak berubah dan kebijakan permusuhan AS tidak diubah," kata Ri di KCNA, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari AsiaOne dari Reuters, Jumat, 24 September 2021.

"Meskipun penghentian perang dinyatakan ratusan kali," katanya, melanjutkan.

Baca Juga: Kim Jong Un Bangga, Korea Utara Masih Catat Nol Kasus Covid-19 Meski Tak Punya Strategi Khusus

"Penarikan AS dari standar ganda dan kebijakan bermusuhan adalah prioritas utama dalam menstabilkan situasi semenanjung Korea dan memastikan perdamaian di atasnya," katanya.

Pada hari Jumat, Moon mengatakan dia yakin bahwa Pyongyang akan menyadari kepentingannya untuk berdialog dengan Washington, tetapi tidak yakin momen itu akan datang selama masa jabatannya, yang berakhir pada 2022.

Moon berbicara kepada wartawan di atas jet kepresidenan Korea Selatan saat ia terbang kembali ke Seoul dari Amerika Serikat setelah berpidato di Majelis Umum PBB.

“Tampaknya Korea Utara masih mempertimbangkan pilihan sambil tetap membuka pintu untuk pembicaraan, karena itu hanya meningkatkan ketegangan pada tingkat rendah, cukup bagi AS untuk tidak memutuskan semua kontak.”

Baca Juga: Perbatasan China-Korut Ditutup, Warga Korea Utara Teriak Kekurangan Gizi karena Menipisnya Stok Makanan Ini

Pada Selasa, Presiden AS Joe Biden berpidato di depan Majelis Umum PBB dan mengatakan Amerika Serikat menginginkan "diplomasi berkelanjutan" untuk menyelesaikan krisis seputar program nuklir dan rudal balistik Korea Utara.

Korea Utara telah menolak tawaran AS untuk terlibat dalam dialog dan kepala pengawas atom PBB mengatakan minggu ini bahwa program nuklir Pyongyang akan "berjalan penuh."

Korea Utara dan Korea Selatan pekan lalu melakukan uji coba rudal balistik, uji coba terbaru dalam perlombaan senjata di mana kedua Korea telah mengembangkan senjata yang semakin canggih satu sama lain.

Hal ini seolah membuat seruan deklarasi mengakhiri Perang Korea terasa sia-sia.***

Editor: Rinrin Rindawati

Sumber: Asia One


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x