Putra Mahkota Arab Saudi Dituduh Psikopat, Disebut Ingin Bunuh Raja Abdullah Agar sang Ayah Naik Takhta

- 27 Oktober 2021, 14:10 WIB
Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman Disebut psikopat oleh mantan intelijen Arab Saudi setelah dirinya ingin membunuh mendiang Raja Abdullah.
Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman Disebut psikopat oleh mantan intelijen Arab Saudi setelah dirinya ingin membunuh mendiang Raja Abdullah. /Reuters



PR BEKASI – Sebuah pernyataan mengejutkan keluar dari seorang mantan petinggi intelijen Arab Saudi yang menuduh Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman sebagai seorang pembunuh psikopat.

Dalam pernyataannya tersebut, Putra Mahkota ingin membunuh mendiang Raja Arab Saudi sebelumnya, Raja Abdullah bin Abdulaziz.

Menurut mantan perwira intelijen senior Arab Saudi, Saad Al-Jabri, hal tersebut dilakukan oleh Pangeran Mohammed bin Salman untuk membuat ayahnya, Raja Salman bin Abdulaziz naik takhta.

Baca Juga: Raja Salman Serukan Arab Saudi Dukung PBB Gagalkan Nuklir Iran, Tegaskan Pentingnya Menjaga Timur Tengah

Al-Jabri, yang telah tinggal di pengasingan di Kanada sejak 2017 menggambarkan Putra Mahkota sebagai seorang psikopat pembunuh di Timur Tengah dengan sumber daya tak terbatas yang menimbulkan ancaman bagi rakyatnya di seluruh dunia.

"Dia mengatakan pada Mohammed bin Nayef di 2014, setahun sebelum Raja Abdullah meninggal bahwa dia ingin membunuhnya," katanya, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Middle East Monitor, Rabu, 27 Oktober 2021.

Al-Jabri mengatakan bahwa Pangeran Mohammed bin Salman ingin membunuh Raja Abdullah dengan cincin racun yang dia dapatkan dari Rusia.

Baca Juga: Tak Ingin Ada Senjata Pemusnah Massal, Raja Salman Dukung PBB Cegah Iran Peroleh Nuklir

"Cukup bagi dirinya untuk berjabat tangan dengan Raja Abdullah, maka Raja Abdullah akan meninggal. Dia seorang pembunuh psikopat," katanya.

Al-Jabri sendiri diketahui melarikan diri dari Arab Saudi menyusul kudeta lunak yang membuat Pangeran Mohammed bin Salman menggantikan sepupunya yang lebih tua sebagai Putra Mahkota.

Kekhawatiran telah diangkat atas keselamatan Bin Nayef sejak dicopot sebagai Putra Mahkota.

Baca Juga: Raja Salman Berterima Kasih kepada Negara Muslim Atas Dukungan Pelaksanaan Haji di Tengah Pandemi Covid-19

Al-Jabri mengklaim bahwa hidupnya terancam karena informasi yang dia miliki tentang Pangeran Mohammed bin Salman, termasuk komentarnya tentang keinginan untuk membunuh mendiang Raja Abdullah.

Rupanya, ancaman terhadap mendiang Raja Abdullah ditanggapi dengan serius dan Al-Jabri mengetahui adanya dua salinan rekaman dari percakapan untuk membunuh Raja Abdullah, serta lokasi mereka.

Awal bulan ini, perburuan Arab Saudi untuk mantan pejabat tinggi intelijennya tiba di pulau Malta, membuka front baru dalam perseteruan internasional antara kritikus yang diasingkan dan Putra Mahkota.

Baca Juga: Fadli Zon Desak Jokowi Telepon Raja Salman, Singgung soal Polemik Pembatalan Haji 2021

Al-Jabri dituduh menyalahgunakan dana negara dan penggelapan, akan tetapi dia telah membantah tuduhan itu.

Al-Jabri berbicara tentang penderitaan dua anak bungsunya yang ditangkap dan dipenjara di Arab Saudi dalam apa yang secara luas dilihat sebagai upaya untuk memaksa ayah mereka kembali ke negara itu.

"Saya harus angkat bicara. Saya memohon kepada rakyat Amerika dan pemerintah Amerika untuk membantu saya membebaskan anak-anak itu dan memulihkan hidup mereka," kata Al-Jabri.

Meskipun tinggal di pengasingan, Al-Jabri mengatakan dia berharap dibunuh suatu hari nanti karena Pangeran Mohammed bin Salman tidak akan beristirahat sampai berhasil membunuh dirinya.***

Editor: Elfrida Chania S

Sumber: Middle East Monitor


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x