China Dihantam Krisis Utang Besar, Presiden Xi Jinping Terancam Lengser

- 27 Desember 2021, 19:00 WIB
Presiden China, Xi Jinping terancam lengser setelah raksasa properti China, Evergrande alami krisis utang besar-besaran.
Presiden China, Xi Jinping terancam lengser setelah raksasa properti China, Evergrande alami krisis utang besar-besaran. / REUTERS/Carlos Garcia Rawlins

PR BEKASI – Seorang ahli telah memperingatkan bahwa jatuhnya raksasa properti China, Evergrande adalah tanda krisis utang besar-besaran China yang dapat memaksaa pemerintahan Presiden Xi Jinping lengser.

Evergrande telah berjanji akan terlibat dengan kreditur setelah secara resmi gagal bulan ini.  

Perusahaan properti dengan utang paling besar di dunia ini memiliki kewajiban senilai lebih dari 300 miliar dolar atau senilai Rp4.3 kuadriliun dan telah melewatkan tenggat waktu pembayaran obligasi utang, setiap kali memicu masa tenggang 30 hari.

Baca Juga: Vladimir Putin dan Xi Jinping Perkuat Kemitraan, Rusia dan China Kompak Tolak Campur Tangan Barat

Pemerintah China diketahui saat ini sedang berusaha untuk mencegah kebangkrutan Evergrande.

Namun, Gordon Chang, pakar urusan AS-China, mengatakan bahwa Evergrande menunjukkan bahwa China memiliki model yang tidak berkelanjutan.

“Apa yang mereka lakukan selama krisis keuangan hebat 2008 adalah mereka terlalu memaksakan diri untuk melewatinya,” katanya, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Express, Senin, 27 Desember 2021.

Baca Juga: Vladimir Putin dan Xi Jinping Rekatkan Gandengan, Bahas Langkah Agresif Lawan AS dan NATO

Alih-alih membiarkan pasar mereka menyesuaikan, dirinya mengatakan China hanya menuangkan banyak uang ke dalam ekonomi mereka, membangun hal-hal yang tidak benar-benar mereka butuhkan, sehingga mereka dapat menghindari penurunan.

"Saat ini mereka sedang menjalani tahun 2008. Itu berarti mereka punya masalah sekarang yang tidak bisa mereka lewati karena mereka telah menciptakan begitu banyak utang," katanya.

Gordon Chang adalah penulis buku “The Coming Collapse of China”, di mana ia mencoba memprediksi kejatuhan negara itu pada tahun 2011.

Baca Juga: Xi Jinping Bantah China Berambisi Kuasai Asia Tenggara, Janji Tak Akan Bully Negara-negara Kecil

Dia kemudian mengubah waktu keruntuhan China yang diprediksi akan terjadi pada tahun 2012.

Gordon Chang mengatakan bahwa meskipun tidak jelas berapa banyak utang yang ada di China, dia percaya bahwa itu lebih dari yang bisa ditangani mereka

“Pada akhirnya, mereka harus menghadapi krisis yang mengakhiri rezim. Mereka bisa menundanya seperti mereka menunda 2008, tapi mereka tidak bisa melewatinya," katanya.

Baca Juga: Xi Jinping Berjanji China Akan Selalu Jaga Perdamaian Dunia dan Melindungi Tatanan Internasional

Dirinya juga memperingatkan bahwa krisis utang ini memicu Presiden Xi Jinping lengser dari kekuasaannya.

“Xi Jinping mewarisi sistem politik di mana tidak ada sekretaris jenderal yang terlalu dipuji atau disalahkan karena keputusan dibagi di seluruh komite tetap politbiro. Semua orang menandatanganinya dan semua orang bertanggung jawab,” katanya.

“Apa yang dilakukan Xi Jinping dengan merebut kekuasaan dari semua orang adalah dia juga meminta pertanggungjawaban,” tambahnya.

Baca Juga: Xi Jinping Dilaporkan Lolos dari Percobaan Pembunuhan Para Lawan yang Ingin Menjatuhkannya

Gordon Chang yakin bahwa Xi Jinping tidak bisa menyalahkan orang lain terkait krisis utang besar yang melanda China.

Meskipun Xi Jinping akan mencoba untuk menyelesaikan masalah tersebut, tetapi itu tetap tidak kredibel.

“Pada saat yang sama, Xi Jinping menaikkan biaya kekalahan perjuangan politik di China. Dulu jika Anda kalah dalam perjuangan politik, akan ada jalan keluar yang anggun bagi Anda. Xi Jinping pada dasarnya mulai memenjarakan orang," katanya.

Baca Juga: Xi Jinping Disebut Monster Pemakan Anak-anak, Salah Gunakan Intepol Secara Otoriter

Sebagai bagian dari kampanye anti-korupsi yang dipimpin oleh Xi Jinping, ribuan pejabat senior dan politisi China dipenjara dan diadili, termasuk mantan wakil menteri keamanan negara Sun Lijun.

“Dia sekarang menyadari bahwa dia memiliki akuntabilitas penuh, dia bisa disalahkan atas kesalahan kebijakan dan kehilangan segalanya. Kesalahan kebijakan ini akan dikaitkan dengan dia dan dia bisa membayar harganya," kata Gordon Chang.***

Editor: Elfrida Chania S

Sumber: Express


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x