Cara Unik Warga Wuhan Hadapi Kebosanan Akibat Diisolasi, Mulai dari Memancing di Ruang Tamu hingga Menari Pakai Barongsai Plastik

- 29 Januari 2020, 16:32 WIB
SEORANG anak di Wuhan takut untuk keluar rumah.*
SEORANG anak di Wuhan takut untuk keluar rumah.* /The Guardian/

PIKIRAN RAKYAT - Virus Corona menjadi salah satu topik terhangat di berbagai media, baik lokal, nasional, sampai internasional.

Virus ganas yang diindikasi berasal dari Kota Wuhan telah menginfeksi lebih dari 4.500 orang dan menewaskan 81 orang.

Sampai detik ini, para penduduk kota Wuhan masih dikarantina oleh pemerintah Tiongkok. Karantina yang telah berlangsung selama enam hari membuat penduduk Wuhan tidak dapat beraktivitas dengan normal.

Baca Juga: Lawan Wabah Virus Corona, Tiongkok dan WHO Bahas Langkah Berikutnya

Meskipun dalam keadaan berduka, penduduk Wuhan masih menemukan cara untuk menaikkan semangat satu sama lain.

Dikutip oleh Pikiran-Rakyat.com dari The Guardian, warga Wuhan mengirim berbagai foto dan video kegiatan mereka di dalam rumah melalui media sosial.

Untuk menghabiskan waktu, sebagian penduduk Wuhan bermain pingpong bersama anggota keluarganya.

Sebagian lainnya memanfaatkan waktunya dengan cara memancing di dalam ruangan.

Baca Juga: Menang Dramatis, AC Milan Melaju ke Semi Final Coppa Italia 

Pancingan tersebut dicelupkan ke dalam akuarium dengan ikan-ikan di dalamnya.

Sebagian warga lainnya menghabiskan waktu dengan bermain barongsai dengan alakadarnya, menggunakan ember sebagai kepala dan selimut sebagai tubuh barongsai.

WARGA Wuhan menari meski wabah virus corona menjangkiti kotanya.*
WARGA Wuhan menari meski wabah virus corona menjangkiti kotanya.*

Walaupun sudah diminta untuk tetap tinggal di dalam rumah, beberapa warga tetap keluar rumah dengan menggunakan masker.

Mereka melakukan senam kesehatan di jalanan Wuhan yang terbengkalai.

Baca Juga: Nadiem Makarim Bentuk 4 Pusat Baru Di Kemdikbud, Salah Satunya Pusat Penguatan Karakter 

Salah satu permasalahan besar dari Wuhan adalah bagaimana caranya agar tetap hangat.

Kebanyakan rumah di Provinsi Hubei dan Tiongkok Selatan tidak dilengkapi dengan alat pemanas.

Suhu rumah di pagi hari hanya mencapai sepuluh derajat Celcius, sementara suhu di malam hari bisa mencapai di bawah nol derajat Celcius.

Masyarakat Wuhan menanggulangi masalah ini dengan cara berkumpul bersama keluarga dalam satu ruangan dan menyalakan pemanas gas atau elektrik.

Baca Juga: Gempur Afghanistan sejak 2006, Amerika Serikat Catat Bom Terbanyak Jatuh pada Tahun 2019 

Mereka juga menggunakan selimut pemanas untuk menghangatkan diri. Jika tidak berkegiatan, masyarakat Wuhan memilih untuk diam di rumah dan tidur.

Permasalahan berikutnya adalah hubungan orang tua dengan anak-anaknya. Para orang tua di Wuhan harus menjelaskan kepada anak-anaknya tentang mengapa mereka harus tinggal di rumah.

Mereka juga harus lebih mengajarkan anaknya mengenai pentingnya menjaga kebersihan.

Sebagian orang tua memilih cara kreatif untuk mengajarkan anak-anaknya.

Baca Juga: Gempur Afghanistan sejak 2006, Amerika Serikat Catat Bom Terbanyak Jatuh pada Tahun 2019

Seorang penulis bahkan telah menuliskan sebuah buku anak berjudul “Why can’t I Go Out?” (Kenapa Saya tidak Boleh Pergi Keluar?) untuk anak-anak Wuhan.

Buku tersebut bercerita tentang cara anak-anak menghindari virus Corona tanpa membuat mereka takut.

Buku “Why can’t I Go Out” telah dibaca sebanyak 870.000 kali melalui media sosial Tiongkok, Weibo.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: The Guardian


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x