Mengenang Sejarah Hari Bahasa Ibu Internasional, Demonstrasi Berdarah di Bangladesh 68 Tahun Silam

- 21 Februari 2020, 14:27 WIB
ILUSTRASI bahasa ibu internasional.*
ILUSTRASI bahasa ibu internasional.* /Pixabay/

PIKIRAN RAKYAT – Hari Bahasa Ibu Internasional diperingati setiap tahunnya pada tanggal 21 Februari berdasarkan keputusan UNESCO pada 17 November 1999 dalam agenda sidang yang disetujui oleh 188 negara di dunia.

Bahasa ibu atau disebut native language merupakan bahasa pertama yang diperoleh oleh anak atau bahasa yang dikuasai tidak bergantung pada tempat kelahirannya.

Bahasa ibu bisa berupa bahasa daerah, bahasa nasional suatu negara, atau bahasa internasional seperti bahasa inggris.

Di balik peringatan hari bahasa ibu internasional terdapat sejarah perjuangan demi mendapat pengakuan internasional terhadap hari gerakan bahasa yang dirayakan di Bangladesh.

Baca Juga: Polisi Ringkus Pelaku di Depok saat Berhasil Pertama Kali Tanam Ganja di Rumahnya setelah Sebelumnya Gagal 20 Kali 

Dikutip oleh Pikiranrakyat-bekasi.com dari situs Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, penetapan hari bahasa ibu internasional tidak lepas dari aksi demonstrasi besar mahasiswa Universitas Dhaka, Bangladesh (Pakistan Timur saat itu) yang menuntut diakuinya bahasa Bengali sebagai bahasa ibu suku Bengal.

Aksi demonstrasi mahasiswa Universitas Dhaka tersebut dipicu oleh keputusan Muhammad Ali Jinnah yang pada masa itu menjabat sebagai Gubernur Jenderal Pakistan yang mendeklarasikan bahasa urdu sebagai bahasa resmi Pakistan.

Keputusan tersebut membuat Suku Bengal sebagai penutur bahasa Bengali geram hingga akhirnya para mahasiswa yang berasal dari Universitas Dhaka melakukan aksi demonstrasi besar-besaran pada tanggal 21 Februari 1952 silam.

Aksi demonstrasi tersebut mengakibatkan banyak korban berjatuhan mulai korban luka-luka hingga korban yang meninggal dunia.

Baca Juga: Hasil Pemeriksaan: 3 Petinggi Sunda Empire Tidak Alami Gangguan Jiwa, Polisi Masih Tunggu Hasil Audit Kedubes Swiss 

Aksi demonstrasi tersebut berbuntut panjang hingga akhinya membuat Pakistan Timur memisahkan diri dan mendeklrasikan wilayahnya menjadi negara Bangladesh.

Pada 9 Januari 1998, Rafiqul Islam yang merupakan seorang tokoh di Bangladesh yang tinggal di Vancouver mengirim surat kepada Kofi Annan yang menjabat sebagai Sekretaris Jenderal PBB pada saat itu.

Dalam surat tersebut, Rafiqul meminta PBB mengambil langkah untuk menyelamatkan bahasa-bahasa di dunia dari kepunahan dan mendeklarasikan hari bahasa ibu internasional.

Kemudian pada tanggal 17 November 1999, gagasan tersebut ditindaklanjuti oleh PBB dan dipilihnya tanggal 21 Februari sebagai Hari Bahasa Ibu Internasional yang diakui oleh 188 negara untuk mengenang demonstrasi berdarah pada tahun 1952.***

Editor: M Bayu Pratama


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x