University of Oxford: Lembaga-lembaga Penelitian Tiongkok 'Bergerak Lebih Cepat' Meneliti COVID-19

- 22 Mei 2020, 14:00 WIB
Seorang dokter laboratorium di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, bersiap untuk melakukan pengujian asam nukleat pada spesimen coronavirus baru di Chongqing, Tiongkok, pada 3 Mei 2020.*
Seorang dokter laboratorium di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, bersiap untuk melakukan pengujian asam nukleat pada spesimen coronavirus baru di Chongqing, Tiongkok, pada 3 Mei 2020.* /BUSINESS INSIDER/

PIKIRAN RAKYAT - Sebuah studi Oxford mengatakan bahwa pemberi dana terbesar untuk penelitian Virus Corona atau COVID-19 di dunia adalah agen Pemerintah Tiongkok.

Yayasan Ilmu Pengetahuan Alam Nasional Tiongkok, yang berafiliasi dengan Dewan Negara, telah memberikan dukungan keungan kepada 124 studi tentang virus yang diterbitkan dalam jurnal internasional terkemuka pada 16 Mei 2020.

Keseluruhan itu lebih dari jumlah gabungan dari studi serupa yang didukung oleh Departemen Kesehatan Amerika Serikat (AS) dan Institut Kesehatan Nasional (NIH)-penyandang dana terbesar kedua dan ketiga, menurut peneliti Universitas Oxford, Petar Radanliev dan rekan-rekannya.

Baca Juga: Masih Banyak Berkeliaran di Tengah Virus Corona, Perawat Ini Memohon Masyarakat Tetap di Rumah

Akan tetapi, kata mereka, Eropa yang telah melaporkan jumlah kasus positif dan kematian COVID-19 paling banyak, sejauh ini menyediakan dana yang relatif lebih sedikit untuk penelitian pandemi tersebut.

"Tercatat hanya ada enam data dana dari Uni Eropa (EU)," kata Radanliev seperti dikutip oleh Pikiranrakyat-bekasi.com dari South China Morning Post.

Para peneliti juga menemukan bahwa Tiongkok dengan cepat bertindak dalam perlombaan untuk mempelajari strain virus baru, yang mana telah menewaskan lebih dari 328.000 orang di seluruh dunia.

Baca Juga: Masuki Hari ke-29, Pemerintah Akan Gelar Sidang Isbat Penentuan Idulfitri Petang Ini

Sejak kasus COVID-19 pertama kali dilaporkan di Kota Wuhan, Tiongkok, ribuan makalah penelitian yang beberapa dilakukan oleh ilmuwan sukarela telah diunggah secara daring. Tetapi studi paling kritis tidak dimungkinkan tanpa adanya dana yang mencukupi.

Dalam studi tersebut, tim Oxford melihat lebih dari 3.000 makalah peer-review dari Web of Science Core Collection, sebuah database yang dikelola oleh Clarivate Analytics, sebuah penelitian dari hanya jurnal-jurnal top di berbagai disiplin ilmu.

Tujuh dari 10 lembaga paling produktif yang juga memiliki penelitian ini berasal dari Tiongkok. Universitas Sains dan Teknologi Huazhong dan Universitas Wuhan, keduanya di kota tersebut berada di urutan teratas.

Baca Juga: Viral Rencana Peluncuran Kembang Api dan Bunyi Sirine, Tandai Akhir Masa PSBB di Kota Tegal

Selanjutnya dari Institusi Tiongkok lainnya termasuk Universitas Hong Kong, Universitas Zhejiang, Universitas Cina Hong Kong dan Universitas Fudan.

Sementara, satu-satunya lembaga asal AS yang masuk 10 besar adalah Harvard Medcal School, yang mana berada di peringkat ketiga.

Menurut penelitian ini merupakan hal tidak biasa terjadi, yang mana Tiongkok berada di garis depan untuk melakukan sebuah penelitian.

Baca Juga: Masuk Zona Merah Virus Corona, Pemkot Bekasi Perbolehkan Warga Salat Id di Masjid dan di Lapangan

Dikatakan bahwa penelitian mengenai virus dan penyakit menular biasanya didominasi oleh lembaga-lembaga Barat, seperti Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS, Harvard, Oxford, dan John Hopkins sejak tahun 1900.

"Ini menunjukkan bahwa dunia lambat dalam menanggapi penelitian ilmiah tentang Covid-19," kata para peneliti Oxford.

Mereka mengatakan, hasil penelitian itu juga dapat menimbulkan pertanyaan seperti apakah "orang Tiongkok tahu sesuatu yang tidak diketahui oleh seluruh dunia", atau jika "dunia tidak menganggap serius Covid-19" pada awalnya, tetapi mencatat bahwa ini adalah spekulasi.

Baca Juga: Menjelang Lebaran, Pemkab Bekasi Kaji Perpanjangan PSBB Tahap Keempat

Tiongkok saat ini telah berada di bawah tekanan internasional atas penanganan pandemi ini, terutama pada tahap awal wabah.

"Menurut kami lembaga-lembaga penelitian Tiongkok bertindak jauh lebih cepat daripada negara-negara lain di dunia, termasuk organisasi penelitian terkemuka tentang pandemi dan endemi," ucapnya.***

Editor: Billy Mulya Putra

Sumber: South China Morning Post


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x