Peneliti Universitas Oxford Sebut Penelitiannya Terancam Sia-sia Jika Covid-19 Cepat Hilang

- 25 Mei 2020, 18:41 WIB
DIREKTUR Jenner Institute Universitas Oxford, Prof Adrian Hill.*
DIREKTUR Jenner Institute Universitas Oxford, Prof Adrian Hill.* /Sky News/

PIKIRAN RAKYAT - Salah seorang ilmuwan telah memperingatkan hanya ada sekitar 50 persen peluang vaksin virus corona Oxford dapat bekerja karena kasus-kasus di Inggris mengalami penurunan begitu cepat.

Jenner Institute dan Kelompok Vaksin Universitas Oxford sudah memulai mengembangkan vaksin Covid-19 pada Januari dengan menggunakan virus yang diambil dari seekor simpanse.

Tetapi dengan jumlah kasus Covid-19 di Inggris yang turun setiap harinya, hal tersebut mungkin tidak mencukupi banyak orang untuk mengujinya, menurut Direktur Institut Jenner Universitas Oxford, Adrian Hill.

Baca Juga: Warga Sempat Keluar Rumah, Wilayah Pangandaran 3 Kali Diguncang Gempa Sepanjang Mei 2020 

"Ini adalah balapan melawan virus yang menghilang dan melawan waktu. Saat ini, ada kemungkinan 50 persen bahwa kita tidak mendapatkan hasil sama sekali," kata Adrian Hill, sebagaimana dilansir Sky News.

Tim pengembangan vaksin itu telah mengatakan di awal tahun bahwa ada peluang sebesar 80 persen untuk mengembangkan vaksin yang efektif pada bulan September.

"Tapi saat ini ada kemungkinan 50 persen bahwa kita tidak mendapatkan hasil sama sekali. Kita berada dalam posisi yang aneh ingin Covid-19 tetap ada, setidaknya untuk sementara waktu," ucapnya.

Pada hari Sabtu, sebanyak 282 orang di Inggris dilaporkan telah meninggal karena Covid-19 di rumah sakit, rumah perawatan, dan masyarakat.

Baca Juga: Diambang 'Perang Dingin' Baru, Penasihat AS Bandingkan Cara Tiongkok Tangani Covid-19 dan Chernobyl 

Angka tersebut telah turun secara dramatis sejak puncak pandemi di Inggris, ketika hampir 1.000 orang meninggal setiap harinya di rumah saja.

Uji coba vaksin yang dikenal secara resmi sebagai ChAdOx1 nCoV-19 (diucapkan Chaddox One) dimulai dengan tahap awal pengujian pada 160 sukarelawan sehat antara usia 18 dan 55 tahun untuk melihat apakah vaksin itu dapat melawan virus secara efektif.

Studi ini diatur untuk maju ke Fase II dan Fase III, yang mana akan melibatkan pengujian hingga 10.260 orang dan memperluas usia peserta untuk menyertakan anak-anak dan orang tua.

Tetapi jika tidak cukup banyak orang yang dapat dilakukan pengujian, para ilmuwan tidak akan memiliki cukup bukti untuk membuktikan vaksin pengembangannya efektif dan meluncurkannya untuk digunakan oleh National Health Service (NHS).

Baca Juga: Kemenkes Rilis Protokol New Normal, Jarak Aman Antarkaryawan Bekerja di Kantor Minimal 1 Meter 

ChAdOx1 nCoV-19 dibuat dari ChAdOx1, versi lemah dari virus flu biasa (adenovirus) yang menyebabkan infeksi pada simpanse.

Virus ini telah dimanipulasi sehingga tidak dapat membahayakan manusia tetapi juga mengandung bagian dari virus corona sehingga akan memicu respons kekebalan tubuh terhadap protein lonjakan Covid-19 yang digunakannya untuk memasuki sel manusia dan berkembang biak.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: Sky News


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x