Thailand Dorong Warganya untuk Punya Lebih Banyak Anak, di Tengah Tingkat Kelahiran yang Terus Menurun

- 9 Maret 2022, 21:24 WIB
Krisis populasi membayangi Thailand.
Krisis populasi membayangi Thailand. /REUTERS/Challinee Thirasupa/File Photo

PR BEKASI – Thailand kini dibayangi krisis populasi yang mengancam wilayahnya.

Tingkat kelahiran negeri itu tercatat telah mencapai titik terendahnya dalam 60 tahun dengan hanya 544.000 kelahiran pada tahun 2021.

Bahkan tingkat kelahiran Thailand mulai mengalami tren penurunan yang berkelanjutan pada tahun 2013.

Sejak itu, angka tersebut terus menurun, tidak terlihat ada peningkatan yang signifikan hingga tahun 2021.

Baca Juga: Afina Syifa Ingin Bunuh Diri karena Alami Penyakit Langka: Jadi Mikir Pasangan Aku Masih Sayang Gak Ya?

Pada saat yang sama, jumlah kematian telah melampaui angka kelahiran yang menurun, mencapai 563.000 pada tahun 2021.

Jumlah kematian tersebut diperkirakan sebagian besar terkait Covid-19 yang tengah melanda berbagai negeri di Dunia termasuk Thailand.

Meskipun berbagi kesamaan dengan Jepang dan Singapura dalam hal demografis, dampak krisis populasi antara Thailand dan kedua negara maju itu tidak bisa dibandingkan.

Jika populasi Thailand terus menurun, Negeri Gajah Putih ini harus bergantung pada tenaga kerja asing untuk menjalankan ekonomi. Tentunya tidak murah mempekerjakan tenaga asing.

Baca Juga: Aaliyah Massaid 'Kedatangan' BTS Saat Rayakan Ulang Tahun yang ke-20 Tahun

Pakar Demografi dari kampus terkemuka di Thailand, Teera Sindecharak dari Universitas Thammasat, mengungkap ada pola pikir yang berubah tentang memiliki anak.

"Data tersebut mencerminkan krisis populasi di mana pola pikir untuk memiliki anak telah berubah," kata Teera Sindecharak.

Namun pemerintah berencana untuk mengurangi 'beban' memiliki anak dengan beberapa cara. Salah satu taktiknya adalah dengan membuka lebih banyak Pusat Kesuburan.

Saat ini, kebanyakan Pusat Kesuburan hanya ditemukan di Bangkok dan kota-kota besar lainnya. Rencananya Pusat Kesuburan akan diperluas ke 76 provinsi di Thailand.

Baca Juga: Cuek ke Pasangannya, 3 Zodiak Berikut Kisah Cintanya Mulai Dingin pada 10 Maret 2022

Beban Memiliki Anak di Thailand

“Membesarkan satu anak membutuhkan banyak biaya,” kata Chinthathip Nantavong (44), yang pernah menikah selama 14 tahun terakhir tetapi tidak memiliki anak.

“Satu semester untuk TK saja sudah mencapai 50.000 baht hingga 60.000 baht sekira Rp21 juta hingga Rp25 juta (kurs Rp432) dan kemudian mencapai jutaan baht nanti,” sambungnya.

Hal itu diperparah dengan fakta bahwa Thailand mencapai status 'masyarakat super-usia', yang berarti jumlah orang berusia 60 tahun ke atas akan mencapai lebih dari seperlima dari total populasi.

Dari populasi itu sekarang, sekitar 18 persen terdiri dari mereka yang berusia di atas 60 tahun.

Baca Juga: Ikatan Cinta 9 Maret 2022: Ketrin Salahkan Aldebaran jadi Penyebab Gagalnya Pernikahan dengan Rendy

Rasio antara orang usia produktif dan orang tua di Thailand saat ini adalah 3 banding 4.

Namun, pada tahun 2040, diperkirakan 1 banding 7 seperti dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Mashable SEA, Rabu, 9 Maret 2022.

"Sektor manufaktur akan menghadapi penurunan produktivitas, jadi kita harus mengembangkan tenaga kerja terampil dan mengadopsi penggunaan teknologi otomatis," kata Danucha Pichayanan, kepala badan perencanaan negara.

Faktor-faktor lain yang dapat berkontribusi terhadap penurunan angka kelahiran termasuk perpecahan politik, meningkatnya biaya pendidikan, dan utang terkait biaya rumah tangga.***

Editor: Nopsi Marga


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x