Usai Diperingatkan Atas Risiko Mencabut Karantina Wilayah, Presiden Brasil Ancam Hengkang dari WHO

- 6 Juni 2020, 11:30 WIB
Presiden Brazil Jair Bolsonaro berbicara dengan wartawan sambil memakai masker pelindung saat ia tiba di Alvorada Palace, di tengah penyebaran penyakit virus korona (Covid-19) di Brasilia, Brazil, Jumat 22 Mei 2020.
Presiden Brazil Jair Bolsonaro berbicara dengan wartawan sambil memakai masker pelindung saat ia tiba di Alvorada Palace, di tengah penyebaran penyakit virus korona (Covid-19) di Brasilia, Brazil, Jumat 22 Mei 2020. /ANTARA/Reuters/Adriano Mochado/

PR BEKASI - Presiden Brasil Jair Bolsonaro mengancam akan menarik keluar negaranya dari keanggotaan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Hal itu dia ungkapkan setelah badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) itu memperingatkan pemerintah-pemerintah atas risiko mencabut karantina wilayah sebelum memperlambat penyebaran Virus Corona baru.

Catatan tertinggi baru Brasil untuk korban meninggal harian akibat COVID-19 mengakibatkan jumlah korban meninggal melewati yang terjadi di Italia pada Kamis malam.

Baca Juga: Kerap Dikaitkan Secara Negatif, Luhut: Tiongkok Adalah Kekuatan Dunia yang Tak Bisa Diabaikan

Akan tetapi Jair Bolsonaro terus berargumen untuk mencabut secepatnya perintah isolasi negara bagian, seraya berpendapat bahwa ongkos ekonomi mereka melampaui risiko kesehatan masyarakat.

Halaman depan koran Brasil Folha de S Paulo menggarisbawahi bahwa hanya dalam tempo 100 hari sejak Jair Bolsonaro menggambarkan Virus Corona sebagai "flu sepele" itu kini telah "membunuh satu orang Brasil per menit".

"Ketika Anda membaca (koran) ini, orang Brasil lain meninggal akibat Virus Corona," kata koran itu seperti dikutip oleh pikiranrakyat-bekasi.com dari Reuters via Antara.

Baca Juga: Sering Ikut Berbicara Soal Virus Corona, Luhut Pandjaitan: Saya Dewan Pengarah

Kementerian Kesehatan Brasil melaporkan pada Kamis, 4 Juni 2020 bahwa kasus terkonfirmasi di negeri itu melonjak melewati 600.000 dan 1.437 kematian tercatat dalam 24 jam.

Dengan lebih dari 34.000 nyawa melayang, pandemi itu membunuh lebih banyak orang di Brasil daripada negara mana pun di luar Amerika Serikat dan Inggris.

Ditanya tentang upaya melonggarkan perintah jarak sosial di Brasil meski ada tingkat kematian harian dan diagnosa yang meningkat, juru bicara WHO Margaret Harris mengatakan kriteria kunci mencabut karantina wilayah adalah penularan yang melambat.

Baca Juga: WHO: Masker Dapat Menciptakan Rasa Aman yang Salah dari COVID-19

"Epidemi, wabah, di Amerika Latin sungguh memprihatinkan," ujarnya dalam konferensi pers di Jenewa.

Dia mengatakan di antara enam kriteria terpenting untuk melonggarkan karantina, salah satunya adalah secara ideal penularan mengalami penurunan.

Kepada wartawan pada Jumat, 5 Juni 2020, Jair Bolsonaro berkomentar bahwa Brasl akan mempertimbangkan meninggalkan WHO kecuali bila badan itu berhenti menjadi satu "organisasi politik yang berpihak".

Baca Juga: Datangkan Banyak Manfaat, Simak Cara Bernapas dengan Benar

Presiden AS Trump, sekutu ideologis Jair Bolsonaro, mengatakan bulan lalu bahwa AS akan mengakhiri hubungannya dengan WHO, seraya menuduhnya menjadi boneka Tiongkok, tempat pertama kali corona muncul.

Penolakan Jair Bolsonaro atas risiko Virus Corona terhadap kesehatan masyarakat dan upaya untuk mencabut karantina negara bagian mengundang kritik dari berbagai kalangan di Brasil, yang sebagian menuduhnya memanfaatkan krisis untuk merongrong lembaga-lembaga demokratis.

Namun banyak di antara pengkritik itu terbelah menyangkut keselamatan dan keefektifan demo anti pemerintah di saat pandemi, terutama setelah satu protes kecil dihadapi dengan pertunjukan kekuatan polisi yang berlebihan akhir pekan lalu.***

Editor: Billy Mulya Putra

Sumber: Permenpan RB


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x