Sosok Edward Calston, yang Patungnya Digulingkan Demonstran Black Lives Matter di Inggris

- 9 Juni 2020, 16:09 WIB
Para pengunjuk rasa berlutut di atas patung Edward Colston
Para pengunjuk rasa berlutut di atas patung Edward Colston /Aljazeera

PR BEKASI – Para pengunjuk rasa yang memprotes aksi rasisme terhadap George Floyd telah meluas ke beberapa negara, tak terkecuali dengan Inggris.

Gerakan Black Lives Matter di Inggris baru saja menggulingkan patung Edward Colston yang telah berdiri tegak sejak tahun 1895 Colston Avenue, di Bristol.

Dikutip Pikiranrakyat-bekasi.com dari Aljazeera, para pengujuk rasa itu sebelumnya memasang tali besar yang dililit pada bagian atas patung yang terbuat dari perunggu setinggu 5,5 meter itu.

Baca Juga: Laman PPDB SMA di Jabar Masih Bermasalah, Panitia Keluhkan Banyak Kendala

Setelah berhasil digulingkan, para pengunjuk rasa kemudian berlutut di bagian leher patung Edward Colston persis seperti posisi George Floyd yang selama 2 menit lebih kesulitan bernapas setelah seorang polisi Minneapolis Derek Chauvin menduduki lehernya.

Namun sedikit berbeda, para pengunjuk rasa itu berlutut selama 8 menit untuk memperingati tragedi kekerasan yang dialami pria kulit hitam pada 25 Mei 2020 lalu.

Tak lama setelah itu, patung Edward Colston dibawa menuju Pelabuhan Bristol. Patung Edward Colston dibuat seolah-olah menghadap jembatan Pero.

Baca Juga: Dorce Gamalama Ungkap Keinginan Jadi Sopir di Kediamannya, Raffi Ahmad: Nggak Bisa, Kita Sungkan

Jembatan Pero diambil dari nama seorang anak lelaki yakni Pero Jones yang selama hidupnya mendapat siksaan sebagai budak. Pero Jones pada akhir abad ke-18 dijual dan diperjakan sebagai budak sejak usia 12 tahun.

Sementara itu Edward Colston merupakan seorang pria yang lahir pada tahun 1636 itu sudah hadir di tengah keluarga kaya raya.

Edward Colston menjadi tokoh yang tak terlupakan di Inggris karena ia pernah menjadi pemimpin sebuah perusahaan perbudakan yang resmi di Inggris.

Baca Juga: Kemenhub Terbitkan Aturan Baru, Kapasitas Angkut Tak Lagi Dibatasi 50 Persen

Edward Colston sangat berkuasa hingga Royal African Company dan Bristol pun takluk di tangannya.

Perusahaan perbudakan yang dipimpinnya saat itu mengangkut puluhan ribu warga Afrika melintasi Samudra Atlantik untuk dipekerjakan di perkebunan gula di Karibia dan mengolah ladang tembakau di Amerika Utara.

Secara finansial, Bristol yang saat itu menjadi pelabuhan internasional sangat diuntungkan.

Baca Juga: Kembali Buka Rute Antar Kota, Penumpang di Terminal Bekasi Tampak Sepi

Bristol benar-benar ditaklukan oleh Edward Colston yang tak lama seteah perusahaannya semakin jaya ia mampu membeli saham yang mengelola budak di Inggris Raya, Afrika Barat, dan Karibia sepenuhnya.

Masyarakat Inggris sejak dulu sebenarnya sering memprotes penggunaan nama Colston yang marak dicatut di beberapa sudut Kota Bristol.

Namun Pemerintah Inggris berusaha menjelaskan bahwa Edward Colston dulu pernah menyumbang dengan dana yang sangat besar untuk badan amal setempat.***

Editor: Billy Mulya Putra

Sumber: Aljazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah