Baca Juga: Gunung Sinabung Kembali Erupsi dengan Abu Vulkanik Capai 5.000 Meter, Langit Pekat Masih Hiasi Karo
Pada Sabtu, 8 Agustus 2020, ribuan orang turun ke jalanan di pusat kota Beirut untuk menggelar protes antipemerintah yang menuntut perbaikan sistem politik, merespons tragedi ledakan.
Massa aksi marah dengan tragedi ledakan itu dan berjanji akan melakukan unjuk rasa lagi setelah mereka menyerbu beberapa kementerian.
Selain itu, Patriark Maronit, Bechara Boutros al-Rahi, bergabung dengan orang-orang yang mendesak kabinet Perdana Menteri Hassan Diab untuk mundur karena ledakan itu, namun menurutnya itu saja tidaklah cukup.
“Tidaklah cukup bagi seorang anggota parlemen untuk mengundurkan diri di sini,” kata Rai dalam sambutannya pada Minggu, 9 Agustus 2020.
Baca Juga: Lama Garap Skripsi, Mahasiswa Ini Viral Usai Tidak Ketahui Dosen Pembimbing Telah Pensiun
Menurutnya, pengunduran diri itu diperlukan, karena mereka harus menunjukkan kepekaan dan tanggung jawab besar yang kini sangat diperlukan.
“Seluruh pemerintahan harus mengundurkan diri karena tidak mampu memajukan negara,” katanya.
Patriark Maronit juga bergabung dengan para pemimpin dunia, organisasi internasional, dan publik Lebanon dalam mendesak penyelidikan internasional terhadap ledakan tersebut.
Menurut pihak berwenang, ledakan tersebut dipicu oleh kebakaran di gudang pelabuhan tempat pengiriman besar amonium nitrat berbahaya setelah mendekam selama bertahun-tahun.