Plasma Darah Penyintas Covid-19 Dibeli dengan Harga Tinggi, Mahasiswa Ini Sengaja Ingin Tertular

- 21 Oktober 2020, 19:29 WIB
Ilustrasi donor plasma darah.
Ilustrasi donor plasma darah. /Pixabay/MichelleGordon

PR BEKASI – Universitas Brigham Young di Idaho, Amerika Serikat telah melakukan penyelidikan terkait tuduhan bahwa beberapa mahasiswanya dengan sengaja mencoba terinfeksi SARS-CoV-2 atau Covid-19.

Kabarnya mereka sengaja terinfeksi Covid-19 agar ketika sembuh dapat menjual plasma darah mereka sebagai antibodi Covid-19.

Pengurus Universitas Brigham Young mengutuk keras perilaku tersebut serta mengumumkan akan memberikan sanksi tegas kepada mahasiswa yang terbukti secara sengaja mencoba tertular Covid-19.

Baca Juga: Sangkal 'Covidkan' Pasien Demi Dapatkan Anggaran Pemerintah, Terawan: Saya Masih Berpikiran Positif

Saat ini pihak universitas telah menyelidiki insiden di kampusnya dan mendesak mahasiswa agar tidak menempatkan diri dalam bahasa demi mendapatkan uang karena risiko terjangkit Covid-19 tidak sebanding dengan uang yang diterima.

“Kontraksi dan penyebaran Covid-19 bukanlah hal yang ringan,” kata pejabat Brigham Young dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Oddity Central.

“Tidak peduli terhadap kesehatan dan keselamatan orang lain akan menyebabkan penyakit tambahan dan hilangnya nyawa di lingkungan kita,” ujarnya.   

“Jika mahasiswa kesulitan secara keuangan, Universitas Brigham Young Idaho siap membantu. Tidak ada toleransi untuk perilaku yang membahayakan kesehatan dan keselamatan hanya demi mengejar kebutuhan (uang),” tuturnya.  

Baca Juga: Rekomendasikan Aparat Isi Daerah Papua yang Masih Kosong, Mahfud MD: Untuk Menjamin Keamanan Wilayah

Media setempat telah mengidentifikasi sejumlah tempat yang memperjualbelikan plasma darah sebagai antibodi Covid-19, termasuk satu tempat yang berada di sekitar Universitas Brigham Young Idaho.

Tempat tersebut kabarnya membayar plasma darah seharga $100 (setara dengan Rp1.5 juta) per kunjungan.

Bayaran itu sebagai ucapan terima kasih khusus kepada pendonor karena menyelamatkan nyawa selama pandemi

Sementara di lokasi lain dilaporkan ada yang membayar pendonor plasma darah sebesar $200 (setara dengan Rp3 juta) untuk setiap dua kunjungan pertama.

Baca Juga: Dulu Indonesia Tidak Punya Neraca Keuangan, Sri Mulyani: Kita Kehilangan Banyak Aset-aset Strategis

Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA), plasma darah dari orang yang sembuh dari Covid-19 mungkin efektif tapi memiliki risiko. 

"Mungkin efektif dalam mengobati Covid-19 dan manfaat yang diketahui saat ini lebih besar daripada risiko yang ditimbulkan,” kata FDA.

Hingga Selasa 20 Oktober 2020 lalu, Universitas Brigham Young Idaho telah mengonfirmasi 119 kasus mahasiswa positif Covid-19. Kemudian ditemukan 20 kasus karyawan positif Covid-19.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: Oddity Central


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x