Bukan hanya Pesisir Selatan jawa, Tsunami juga Berpotensi Melanda Wilayah Berikut

25 September 2020, 15:59 WIB
Tsunami yang melanda Jepang pada 11 Maret 2011 lalu. /mainichi.jp/

PR BEKASI – Sebagai negara yang berada di kawasan cincin api Pasifik, potensi tsunami bisa terjadi di banyak wilayah Indonesia, di sepanjang jalur pertemuan lempeng yang terdapat potensi sumber gempa di dalam laut.

Hal ini dikatakan oleh Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Rahmat Triyono di Jakarta, Jumat, 25 September 2020.

Dia mengatakan bukan hanya daerah Pesisir Selatan Jawa saja yang berpotensi dilanda Tsunami, tetapi seluruh daerah pesisir di Indonesia yang berdekatan dengan jalur pertemuan lempeng berpotensi juga.

Baca Juga: Pria Ini Pura-pura Positif Covid-19 dan Bunuh Diri, Agar Bisa Kabur dengan Selingkuhannya

"Jadi ancaman tsunami tidak hanya di selatan Jawa. Di sepanjang jalur pertemuan lempeng, di mana itu ada sumber gempa dan itu di laut sumber gempanya dengan magnitude besar, ya itu bisa berpotensi tsunami," kata Rahmat, sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Antara.

Ia mengatakan bahwa Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak daerah pertemuan lempeng, sehingga potensi tsunami dapat saja terjadi di banyak tempat.

Potensi tsunami itu dapat terjadi di sepanjang daerah pertemuan lempeng tektonik, mulai dari Laut Andaman di bagian Tenggara Pulau Sumatera, di Simeulue, Nias, Mentawai, Enggano hingga ke bagian selatan Jawa sampai ke Nusa Tenggara.

Baca Juga: Beri Tanggapan Soal Ucapan Gatot Nurmantyo, Arief Poyuono: PKI Isu Basi

Daerah-daerah tersebut, kata dia, semuanya memiliki potensi sumber gempa yang dapat menimbulkan tsunami.

Potensi tsunami tersebut, lanjut dia, dapat diketahui melalui berbagai hasil riset terhadap temuan-temuan endapan tsunami di masa lampau.

"Jadi dari endapan-endapan tersebut bisa diketahui bahwa suatu daerah pernah terjadi tsunami. Itu sudah dihitung dating dengan karbon sehingga bisa ketahuan diendapkan tahun berapa itu. Artinya di situ pernah terjadi tsunami," katanya.

Baca Juga: Ilmuwan Sebut Virus Corona yang Telah Bermutasi Dapat Lewati Masker dan Bertahan Meski Cuci Tangan

Terkait gempa-gempa besar yang dapat menimbulkan tsunami, ia mengatakan gempa-gempa tersebut memiliki periode kejadian hingga ratusan tahun dan potensi terulangnya bisa sangat besar dalam kurun waktu yang lama.

"Tergantung perulangan sebelumnya, tahun berapa pernah terjadi dan kapan akan terjadi berikutnya," ujar Rahmat.

Kemudian, terkait dengan riset dari Institut Teknologi Bandung (ITB) yang menyebutkan kemungkinan potensi tsunami hingga 20 meter di pesisir selatan Jawa Barat dan 12 meter di selatan Jawa Timur, Rahmat Triyono mengapresiasi hasil riset itu.

Baca Juga: Demi Promosikan Produknya, Perusahaan Ini Rela Gandeng NASA Agar Bisa Difoto di Luar Angkasa

Menurutnyam hasil riset tersebut dapat mengingatkan sekaligus memberikan edukasi kepada masyarakat tentang potensi ancaman sehingga masyarakat bisa melakukan upaya antisipasi lebih baik.

"Kita apresiasi, karena itu artinya juga memberikan edukasi ke masyarakat kita semua, mengingatkan bahwa di sana ada ancaman gempa bumi yang berpotensi tsunami. Apalagi didukung data-data yang valid dan juga menggunakan data-data BMKG," tuturnya.

Ancaman tsunami tersebut bisa saja terjadi. Namun, ia mengatakan bahwa prediksi tersebut merupakan prediksi dengan skala skenario terburuk.

Baca Juga: Bikin Video TikTok Cicipi Odading Viral, Lutfi Agizal: Rasanya Anjayani

"Artinya bahwa itu bisa terjadi. Cuma memang itu adalah skala worst case. Jadi skenario terburuk. Belum tentu itu terjadi dengan magnitudo itu," katanya.

Namun, dalam setiap upaya mitigasi bencana, prediksi magnitudo besar atau prediksi dengan skenario terburuk merupakan skenario terbaik dalam upaya mitigasi.

Diharapkan masyarakat dan pemerintah daerah setempat dapat mengambil langkah-langkah yang lebih tepat dan matang untuk mengatasi ancaman terburuk itu.

Baca Juga: Finlandia Gunakan Jasa Anjing Pelacak untuk Deteksi Orang yang Terinfeksi Covid-19 di Bandara

"Misalnya dalam hal ini skenario terburuknya (magnitudo) 9,1 dengan ketinggian katakan 20 meter. Jadi kita menyiapkan semua infrastrukturnya ya untuk ketinggian 20 meter. Jangan sampai yang disiapkan itu 10 meter, padahal skenario terburuknya 20 meter. Ya itu percuma." katanya.***

Editor: Ikbal Tawakal

Sumber: Permenpan RB

Tags

Terkini

Terpopuler