Hujan Disertai Angin, Puluhan Rumah di Sukabumi Rusak

- 16 Agustus 2022, 16:30 WIB
Ilustrasi bangunan rubuh. Di tengah puncak musim kemarau, bencana hidrometeorologi kembali terjadi di beberapa wilayah Kabupaten Sukabumi, Minggu 14 Agustus 2022.
Ilustrasi bangunan rubuh. Di tengah puncak musim kemarau, bencana hidrometeorologi kembali terjadi di beberapa wilayah Kabupaten Sukabumi, Minggu 14 Agustus 2022. /Dok. Hallo Media/M. Rifa'i Azhari

PR BEKASI - Puluhan rumah di Sukabumi dilaporkan rusak usai dilanda hujan deras dan angin kencang.

Bencana yang disebut dengan hidrometeorologi ini terjadi pada Minggu, 14 Agustus 2022.

Beberapa wilayah yang terkena bencana tersebut yaitu wilayah Kecamatan Parakansalak, Sukalarang, dan Gegerbitung, Sukabumi.

Hal itu berdasarkan informasi dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi.

Baca Juga: Siapa Bobon Santoso? Berikut Biodata dan Fakta Menarik Sang YouTuber yang Syuting Bareng Luna Maya

Jujun Junaedi, Petugas Penanggulangan Bencana Kecamatan (P2BK) Parakansalak membeberkan jumlah rumah yang rusak akibat hujan deras dan angin.

Sedikitnya ada 19 rumah dan 1 bangunan majelis taklim dilaporkan rusak.

"Selain di Desa Bojong asih dan Sukakersa, angin kencang juga menerjang Desa Sukatani serta merusak 24 rumah milik warga. Sementara dilaporkan tidak ada korban jiwa maupun luka," ujar Jujun, kepada Pikiran-Rakyat.com Senin 15 Agustus 2022.

Kemudian di wilayah Kecamatan Gegerbitung, lima unit rumah milik warga dan satu bangunan majelis taklim rusak sedang, akibat angin kencang.

Baca Juga: Meriahkan Hari Kemerdekaan dengan 15 Ide Lomba dan Link Twibbon Gratis Tema HUT ke-77 RI, Dijamin Seru

Selain kejadian bencana akibat hujan dan angin kencang, P2BK Gegerbitung, Ofiek juga melaporkan adanya bencana banjir dan longsor.

"Longsor pertama di Kampung Pasir Dulang, RT 5 RW 5, Desa Gegerbitung. TPT belakang rumah warga ambruk. Disusul kejadian banjir dan longsor tak jauh dari lokasi pertama. Bendungan Rawa Badak tergerus banjir. Akibatnya, saluran irigasi rusak," ujar Ofiek seperti dijalaskan dalam artikel yang diterbitkan Pikiran Rakyat dengan judul "Puncak Musim Kemarau, Puluhan Rumah Rusak Akibat Hujan Deras dan Angin Kencang,".

Selanjutnya, di wilayah Kecamatan Cikidang, peristiwa angin kencang di Kampung Cipetir, Desa Cicareuh mengakibatkan pohon tumbang ke jalan.

Hal tersebut menghambat arus lalu lintas dari arah Cibadak-Cikidang maupun sebaliknya.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Cancer dan Leo pada 17 Agustus 2022: Bertepatan dengan HUT RI, Ada Kabar Baik

Terakhir, di Kecamatan Sukalarang, sebuah rumah milik warga di Kampung Cikeureuteuw, RT 2 RW 4, Desa Sukalarang, ambruk akibat angin kencang.

Hujan lebat disertai petir juga melanda wilayah pantai utara (pantura) Ciayumajakuning, sejak Senin 15 Agustus 2022 pagi.

Berdasarkan pantauan Pikiran-Rakyat.com gumpalan mendung tebal mengurung langit pantura, termasuk Kabupaten Indramayu.

Warga pun sempat heran karena sebelumnya, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan bahwa pertengahan Agustus hingga September 2022, merupakan puncak musim kemarau.

Baca Juga: 68 Anggota Paskibraka Dikukuhkan Presiden Jokowi untuk Mengemban Tugas pada Hari Kemerdekaan di Istana Negara

Anomali BMKG memang telah merilis bahwa hingga 3 bulan ke depan, sebagian wilayah telah memasuki musim kemarau.

Namun, anomali iklim La Nina berpotensi meningkatkan curah hujan selama kemarau. Hujan di atas normal diperkirakan terjadi di wilayah selatan khatulistiwa, termasuk Jawa.

Potensi hujan lebat di atas normal ini menyebabkan potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir dan longsor, tinggi.

Tak terkecuali di wilayah Jawa Barat yang menjadi menyangga DKI Jakarta. Rilis yang dikeluarkan BMKG menyebutkan, pada perkiraan Oktober, potensi banjir di DKI Jakarta meningkat dari semula "aman" menjadi "menengah" atau satu level di bawah "tinggi".

Di saat yang sama, beberapa wilayah hulu sungai yang bermuara di DKI, tercatat berpotensi mengalami curah hujan dan banjir tinggi.

Baca Juga: Dirgahayu Indonesia! Rekomendasi 20 Ucapan Perayaan HUT RI, Menambah Semangat Juang

Kepala Stasiun Klimatologi Jawa Barat, Indra Gustari mengatakan, cuaca Agustus Oktober relatif lebih basah dibandingkan kondisi rata-rata. Artinya, secara umum curah hujan yang turun lebih tinggi dibandingkan biasanya.

”Penyebabnya adalah fenomena La Nina yang berkembang dengan intensitas lemah sampai moderat. Pengaruh La Nina secara umum berupa kenaikan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia termasuk Jawa Barat,” ujarnya.

Indra mengatakan, sampai awal Agustus ini, 89 persen wilayah Jabar telah memasuki musim kemarau.

”Namun, masih ada sebagian wilayah di bagian barat, tengah, dan selatan, yang curah hujannya masih tinggi atau belum memasuki musim kemarau,” katanya.*** (Herlan Heryadie, Agung Nugroho/Pikiran Rakyat)

Editor: Thytha Surya Swastika

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x