Gagal Sindir Anies Baswedan, Said Didu 'Hajar' Ketua KPK: Izinkan Saya Tertawa

25 November 2020, 07:40 WIB
Said Didu (kiri) menyindir Ketua KPK Firli Bahuri (kanan) terkait buku yang dibaca Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. /ANTARA/Benardi Ferdiansyah/Kolase dari ANTARA dan YouTube Indonesia Lawyers Club

PR BEKASI - Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Firli Bahuri ikut membuat komentar terkait buku bacaan yang dibaca oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pada Minggu, 20 November 2020.

Dalam unggahan pada akun media sosialnya, tampak potret Anies Baswedan yang tengah duduk sambil membaca buku berjudul “How Democracies Die” karya Steven Levitsky dan Daniel Ziblat.

Ketua KPK tersebut mengaku sudah membaca buku tersebut pada 2002. Ia pun menyebutkan bahwa buku itu adalah buku lama.

Baca Juga: Dorong Perkembangan Industri Kosmetik Dalam Negeri, Kemenperin Gelar Virtual Expo akosmetik 2020 

“Kemarin saya lihat ada di media, Pak Anies membaca How Democracies Die. Sebelum itu ada bukunya Why Nations Fail, itu sudah lama saya baca pak, tahun 2002, saya sudah baca buku itu,” kata Firli dalam acara Serah Terima Barang Rampasan dari KPK.

Firli Bahuri menambahkan, buku yang dibaca Anies tersebut terbit sudah lama.

“Kalau ada yang baru baca sekarang, kayak baru bahwa itu udah lama. Nah makanya banyak yang mengkritisi. Udah lama buku itu pak,” ujar Firli Bahuri.

Namun faktanya, ternyata buku yang disebutkan Ketua KPK itu, yakni buku How Democracies Die baru terbit pada tahun 2012 dan buku Why Nations Fail pun terbit tahun 2018.

Baca Juga: Tidak Ada Habisnya, Dewi Tanjung Kini Kirimkan Karangan Bunga Duka Cita ke Rumah Habib Rizieq 

Pernyataan Ketua KPK tersebut mendapat sorotan Said Didu. Said mengungkap, dirinya tertawa mengetahui pernyataan KPK yang salah ucap tersebut.

"Izinkan saya tertawa," ujar Said Didu dalam akun Twitternya, sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com pada Rabu, 25 November 2020.

Said Didu juga menyindir, penerbit harus mengganti tahun terbit akibat pernyataan Firli Bahuri.

"Kalau penguasa bilang sdh dibaca 2002 maka penerbitnya harus ubah tahun penerbitannya," tutur Said Didu.

Selain itu, Said Didu juga menjabarkan ilustrasi kritikan terhadap Anies Baswedan. Ilustrasi tersebut berupa kuis dengan poin matematis.

Baca Juga: Serdy Ephy Fano Kembali Dicoret dari Timnas U-19 karena Indisipliner, Ketum PSSI: Jangan Main-main 

"Matematika melawan Anies: (1) mengecilkan Anies dg data ngasal dapat point 3. (2) mengecilkan Anies dg berbohong dapat point 5. Berlomba kumpulkan poin?" ucap Said Didu.

Oleh karena itu, menurut Said Didu, Ketua KPK telah mendapat 8 poin sebab mengkritik Anies Baswedan dengan data asal dan berbohong.

"Yang penting serang Anies sdh selesai walaupun salah. Salah tahun dan salah buku sehingga dapat point 5 plus bonus 3 point," ujar Said Didu.

Diberitakan sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengunggah sebuah foto di Instagram dan Twitter yang menunjukkan dirinya tengah bersantai pada Minggu pagi, 20 November 2020.

Baca Juga: Minta Masyarakat Sukseskan Pilkada 2020, Wakil Ketua MPR: Semoga Hasilkan Pemimpin Berkualitas 

Dalam unggahan foto tersebut, Anies Baswedan tengah duduk di kursi kayu dengan rak buku kayu di belakangnya. Terlihat juga figura foto dia dan keluarga serta furnitur lainnya.

Unggahan Anies pun mendapatkan banyak tanggapan terutama terkait buku yang sedang dia baca, yakni buku “How Democracies Die” karya Steven Levitsky dan Daniel Ziblat.***

Editor: M Bayu Pratama

Tags

Terkini

Terpopuler