Ucapannya Soal FPI Dikutip Pandji Pragiwaksono, Thamrin Tomagola Beri 5 Butir Klarifikasi

22 Januari 2021, 22:18 WIB
Thamrin Tomagola (kanan) mengklarifikasi soal ucapannya yang dikutip Pandji Pragiwaksono (kiri). /Kolase foto/Instagram.com/@pandji.pragiwaksono/ANTARA/Andika Wahyu/

PR BEKASI - Sosiolog Thamrin Tomagola angkat bicara terkait pernyataan aktor sekaligus komedian Pandji Pragiwaksono yang beberapa waktu lalu mengutip pernyataannya mengenai FPI, Nahdlatul Ulama (NU), dan Muhammadiyah.

Thamrin Tomagola mengatakan, saat diwawancara oleh Panji Pragiwaksono di Hard Rock FM Jakarta awal 2012 silam, dia membahas kondisi kehidupan kelompok di miskin kota di perkampungan kumuh Jakarta.

"Tanggapan saya, pertama, konteks pembicaran saat itu adalah membahas kondisi kehidupan kelompok miskin kota (Miskot) di perkampungan kumuh miskin (Kumis) Jakarta," kata Thamrin Tomagola, yang dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari cuitan Twitter @tamrintomagola, Jumat, 22 Januari 2021.

Baca Juga: Minta KPK Tak Ungkap Dulu Sosok 'Madam Bansos', Rocky Gerung: Karena Kita Perlu Hiburan

Thamrin Tomagola juga membantah jika dia menyebut NU dan Muhammadiyah jauh dari rakyat, dia hanya menyebut NU dan Muhammadiyah kurang mendampingi meringankan beban kehidupan kelompok miskin kota.

"Kedua, NU dan Muhammadiyah kurang menyambangi dan mendampingi meringankan beban kehidupan umat kelompok miskin kota (MIskot) di perkampungan kumuh miskin (Kumis) Jakarta," kata Thamrin Tomagola.

Menurutnya, kekosongan itulah yang akhirnya diisi oleh FPI hingga akhirnya dekat dengan masyarakat kalangan bawah.

Baca Juga: Mengaku Sudah Lama Tak Ditembak Cowok, Anya Geraldine: Apa Sih Rasanya? Pengen Deh!

"Kekosongan pendampingan itu kemudian diisi oleh FPI," ujar Thamrin Tomagola.

Lebih lanjut, Thamrin Tomagola menjelaskan bahwa FPI mempunyai konsep kiai kampung yang pintu rumahnya terbuka 24 jam untuk kelompok miskin kota seperti rumah kiai NU di pedesaan Jawa dan Kalimantan.

"Keempat, FPI punya konsep 'Kiai Kampung' yang pintu rumahnya terbuka 24 jam untuk umat kelompok miskin kota (Miskot) di perkampungan kumuh miskin (Kumis) Jakarta, sama seperti terbukanya 24 jam pintu rumah para Kiai NU di pedesaan Jawa dan Kalimantan," tuturnya.

Baca Juga: Mirip Adegan Sinetron, Hanung Bramantyo Ungkap Perjuangannya Luluhkan Hati Ibu Sang Istri

Terakhir, terkait kata 'rakyat' dan 'elitis', Thamrin Tomagola meminta publik untuk menanyakan hal tersebut pada Pandji Pragiwaksono langsung.

"Kelima, penggunaan kata-kata: 'rakyat' dan 'elitis' sebaiknya ditanyakan kepada saudara Pandji sendiri. Salam sehat selalu. Demikianlah saya bagikan 5 butir klarifikasi yang pernah saya berikan kepada Bung @sahaL_AS," kata Thamrin Tomagola.

Dalam sebuah pesan pribadi bersama Pengurus Cabang Istimewa NU (PCINU) Amerika, Akhmad Sahal atau Gus Sahal, Thamrin Tomagola juga mengungkapkan bahwa dia tidak bermaksud memuji atau membela FPI, dia hanya mengamati realita dan mengungkapnya secara bebas.

Baca Juga: Viral Siswi Non Muslim Dipaksa Pakai Jilbab, Alissa Wahid Minta Ketegasan Kemendikbud

Sebelumnya, Pandji Pragiwaksono mengatakan bahwa FPI terkenal dan disukai masyarakat kalangan bawah karena para elite dari ormas Islam besar, yakni NU dan Muhammadiyah jauh dari masyarakat.

"FPI itu hadir gara-gara dua ormas besar Islam (NU dan Muhamadiyah) jauh dari rakyat.
Mereka elite-elite politik. Sementara FPI itu dekat," kata Pandji Pragiwaksono.

Pandji Pragiwaksono juga mengatakan, menurut Thamrin Tomagola, pintu rumah para ulama dari FPI selalu terbuka untuk membantu masyarakat yang sedang kesusahan.

Baca Juga: Minta Pandji Pragiwaksono Tabayun, Gus Miftah: Main-mainlah ke PBNU atau Muhammadiyah

Sedangkan, NU dan Muhammadiyah terlalu tinggi dan elitis, sehingga masyarakat sungkan untuk mendekat.

"Kata Pak Thamrin Tomagola, pintu rumahnya ulama-ulama FPI kebuka untuk warga, jadi orang kalau mau datang bisa. Nah, yang NU dan Muhammadiyah yang terlalu tinggi dan elitis, warga tuh gak kesitu, warga justru ke FPI. Makanya mereka pada pro FPI, karena FPI ada ketika mereka butuhkan," kata Pandji Pragiwaksono.***








Editor: Rika Fitrisa

Tags

Terkini

Terpopuler