Soroti Surat AHY, M Qodari: Seolah-olah Aktornya Itu Pak Jokowi, Kalau Mau Hentikan Moeldoko kan Bisa Telepon

6 Februari 2021, 07:52 WIB
Pengamat Politik M Qodari menyoroti surat yang dikirimkan AHY kepada Presiden Jokowi. /Tangkapan Layar YouTube.com/Indonesia Lawyers Club/

PR BEKASI - Pengamat Politik M Qodari menyoroti surat yang dikirimkan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).

M Qodari menilai, surat yang dikirimkan AHY bukan hanya bermaksud untuk meminta klarifikasi terkait isu kudeta, tapi juga sebagai upaya untuk menghentikan gerakan politik Moeldoko.

Hal itu M Qodari sampaikan saat menjadi narasumber di acara 'Dua Sisi' bertajuk 'Siapa di Balik Kudeta AHY?' pada Kamis, 4 Februari 2021.

Baca Juga: Demokrat Dinilai Alami Krisis Kepemimpinan, Darmizal: Lebay, Sedikit-sedikit Libatkan Istana dan Pak Moeldoko

"Jadi saya kan ditanya, apa sih maksudnya kirim surat? Saya bilang, mungkin maksudnya untuk menghentikan Moeldoko," kata M Qodari, yang dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari tayangan kanal YouTube Indonesia Lawyers Club, Sabtu, 6 Februari 2021.

M Qodari mengatakan, seharusnya jika hanya untuk menghentikan gerakan politik Moeldoko, seharusnya sebut saja namanya, tidak usah membawa-bawa nama Jokowi.

Menurutnya, hal itulah yang kini membuat situasi semakin memanas dan timbul ketegangan politik.

Baca Juga: 25 Tahun Jalani Pernikahan dengan Atalia Praratya, Ridwan Kamil Bocorkan Kunci Rumah Tangga Sukses-Harmonis

"Kalau mau menghentikan Moeldoko, cukup sebut nama Moeldoko, pasti Pak Jokowi udah paham. Tapi ketika menyebut nama Pak Jokowi lalu kemudian menteri-menteri yang lain, ini seolah-olah aktornya itu adalah Pak Jokowi, jadi timbul ketegangan," tuturnya.

M Qadari lantas menyinggung soal cuitan SBY yang mengingatkan para pemegang kekuasaan untuk berpolitik dengan cara yang lebih bermoral dan beradab.

"Apalagi malam sebelumnya Pak SBY sudah nge-twit, 'the good, the bad, the ugly'. Jadi kalau membaca twit ini kan yang dikudeta Demokrat, AHY sebagai Ketua Umum, sekarang siapa the bad-nya? Siapa the ugly-nya? Bisa ada beberapa tafsir," tutur M Qodari.

Baca Juga: Akui First Kiss di Taksi Saat SMP, Anya Geraldine: Ada Bapak Sopirnya, Gue Panik, Deg-degan

"Bisa jadi the bad-nya adalah Darmizal cs, the ugly-nya adalah Moeldoko, tapi bisa jadi the ugly-nya Jokowi, the bad-nya Moeldoko," sambungnya.

Oleh karena itu, M Qodari menilai, seharusnya dari awal Partai Demokrat tidak usah membawa-bawa nama Jokowi, karena itu merupakan tuduhan yang sangat serius.

"Makanya gak usah sebut nama Jokowi. Kalau mau menghentikan Moeldoko kan bisa telepon, sama-sama ajudan. Memang satu-satunya cara dengan mengirim surat?," kata M Qodari.

Baca Juga: Ungkap Sosok Cinta Pertamanya, Arya Saloka: Suka dari TK dan Sampai Sekarang Masih Kontak-kontakkan

M Qodari mengatakan, dengan mengirimkan surat ke Jokowi justru akan menimbulkan dua kelompok yang bertentangan (dikotomi) antara Jokowi dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan AHY.

"Kemudian timbul kesan bahwa ini akan menimbulkan dikotomi antara Pak Jokowi dengan Pak SBY dan Pak AHY," ujar M Qodari.

Menurutnya, hal itulah yang justru dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak suka dengan AHY dalam mengumpulkan suara untuk melengserkan posisinya, hingga akhirnya timbul ketegangan.

Baca Juga: Nikmati Status Single dengan Silaturahmi Usai Empat Kali Cerai, Kiwil: Inilah Indahnya Kehidupan Gue

"Ini akan mengkonsolidasi yang tidak suka dengan Pak AHY untuk dapat suara, mungkin Gerindra dan Prabowo gabung di pemerintahan, mau dikumpulin suara, kan begitu akhirnya, tegang jadinya," kata M Qadari.***

Editor: Rika Fitrisa

Sumber: YouTube Indonesia Lawyers Club

Tags

Terkini

Terpopuler