Semburan Lumpur dan Gas di Pekanbaru Berhenti Setelah 10 Hari, Sisakan Lubang Besar Menganga

14 Februari 2021, 06:00 WIB
Suasana bekas tempat semburan lumpur dan gas di Pondok Pesantren Al-Ihsan, Kota Pekanbaru, Riau, Sabtu, 13 Februari 2021. /ANTARA FOTO/FB Anggoro/hp/ANTARA FOTO

PR BEKASI – Setelah sepuluh hari berselang, semburan lumpur dan gas di sekitar Pondok Pesantren Al-Ihsan, Pekanbaru, Riau kini telah berhenti menyembur secara alami pada Sabtu, 13 Februari 2021.

Akibat semburan lumpur dan gas tersebut menyisakan sebuah lubang menganga dengan ukuran garis tengahnya enam meter di lokasi kejadian

Saat ini, lubang bekas semburan lumpur dan gas tersebut sedang berusaha ditutup oleh tim gabungan yang terdiri dari Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Riau dan perusahaan gas EMP

Baca Juga: GAR ITB Tuding Din Syamsudin 'Radikal', Ulil Abshar: Label Ini Sekarang Dipakai Jadi Alat Pembungkaman 

Terlihat juga sejumlah alat berat dan pekerja lapangan sedang memasang batang-batang besi sebagai platform di bibir lubang tersebut

Pegawai EMP Bentu juga secara rutin terlihat masih terlihat mengukur kadar gas dengan alat khusus setiap satu jam.

Kepala Dinas ESDM Riau Indra Agus Lukman menyatakan teknis penutupan lubang akan menggunakan alat berat yang mengalirkan air ke dalam lubang tersebut untuk mengeluarkan lumpur yang tersisa.

Apabila tekanan dari dalam lubang sangat rendah, proses akan dilanjutkan dengan langsung menutup lubang dengan semen.

Baca Juga: Tak Pedulikan Laporan GAR ITB, Mahfud MD: Pemerintah Tak Pernah Anggap Din Syamsuddin Radikal 

"Namun, apabila masih ada tekanan dari dalam lubang, akan diinjeksi dengan lumpur panas dengan alat berat," katanya, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Antara.

Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Riau Irdas Amanda Muswar menyatakan dari pantauan pada Jumat, 12 Februari 2021, sudah tidak ada lagi material yang mengalir dari dalam lubang.

Kondisi lubang semburan dinilai tidak mengkhawatirkan lagi untuk dilakukan proses penutupan. Gas yang menyembur tersebut adalah gas rawa yang banyak ditemukan di daerah itu.

Baca Juga: Studi: Satu Kaleng Minuman Soda Ternyata Cukup untuk Tampung Seluruh Virus Covid-19 

"Kondisi saat ini hampir tak ada material yang keluar. Yang ada saat ini adalah sisa dari proses erosi akibat sebelumnya ada semburan gas," katanya.

Menurut dia, IAGI Riau berharap ke depannya ada pemetaan potensi gas rawa di daerah tersebut, sehingga masyarakat setempat yang menggali tanah untuk mencari sumber air tidak mengalami kejadian serupa.

Sebelumnya, semburan gas hingga ketinggian sekitar 15 meter lebih tiba-tiba muncul pada 4 Februari 2021 setelah pengelola ponpes mempekerjakan pekerja mencari sumber air dengan menggali sumur.

Baca Juga: Din Syamsudin Dituding Terlibat Radikalisme oleh GAR ITB, Arsul Sani: Mereka Tak Bisa Bedakan Sifat Radikal 

Saat proses penggalian mencapai kedalaman sekitar 119 meter, gas muncul ke permukaan dan sehari setelahnya turut memuntahkan material lumpur dan pasir yang terlontar hingga radius 200 meter dari titik semburan.

Material lumpur yang mengeras seperti batu juga ikut terlontar dari lubang sehingga merusak atap bangunan dan timbunan lumpur mencapai ketinggian hingga empat meter yang menimbun sebagian bangunan.

Akibatnya, 34 santri dan warga di sekitar pondok pesantren diungsikan karena hasil pengukuran dari perusahaan EMP Bentu menyatakan semburan gas berpotensi terbakar dan mengandung H2S (hidrogen sulfida) yang beracun.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler