PR BEKASI – Sejak Sabtu, 20 Februari 2021 pagi hari sejumlah wilayah Jabodetabek diterjang banjir hal ini tak terlepas dari hujan yang beberapa hari terjadi di wilayah tersebut.
Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan, umumnya hujan di wilayah Jabodetabek terjadi pada malam hingga dini hari dan berlanjut pagi hari.
Sehingga warga harus mewaspadai potensi banjir pada waktu-waktu tersebut.
Baca Juga: Viral! Aksi Petugas Rampas HP Warga Saat Evakuasi Jenazah Covid-19 di Tengah Banjir Tuai Kontroversi
"Umumnya kejadian hujan terjadi malam hingga dini hari dan berlanjut sampai pagi hari. Ini merupakan waktu-waktu yang kritis dan perlu diwaspadai," kata Dwikorita seperti dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Antara Sabtu, 20 Februari 2021.
BMKG telah memperkirakan hujan dengan intensitas lebat hingga sangat lebat bisa berpotensi terjadi merata di wilayah DKI Jakarta Hingga sepekan ke depan.
Sebelumnya BMKG juga sudah mengeluarkan peringatan dini pada 18-19 Februari yang memprediksi wilayah Jabodetabek diguyur hujan dengan intensitas lebat hingga sangat lebat dengan curah hujan antara 100-150 mm.
Baca Juga: Bandingkan Titik Banjir Era Ahok dan Anies, Budiman Sudjatmiko: Memang Ngehek Sih
Berdasarkan data yang dihimpun BMKG, tercatat curah hujan tertinggi terjadi di Pasar Minggu mencapai 226 mm/hari, kemudian di Sunter Hulu 197 mm/hari, Lebak Bulus 154 mm/hari dan Halim 176 mm/hari.
Akibat hujan lebat yang terjadi sejumlah wilayah dan pemukiman penduduk di ibukota tergenang banjir.
Deputi Bidang Meteorologi Guswanto menjabarkan, kondisi cuaca ekstrem di wilayah Jabodetabek tersebut disebabkan sejumlah factor mulai dari seruakan udara hingga kebasahan udara.
Yakni pada 18-19 Februari terpantau adanya seruakan udara dari Asia yang cukup signifikan mengakibatkan peningkatan awan hujan di Indonesia bagian barat.
Kemudian terpantau aktivitas gangguan atmosfer di zona equator (Rossby equatorial) mengakibatkan adanya perlambatan dan pertemuan angin dari arah utara membelok tepat melewati Jabodetabek, sehingga terjadi peningkatan intensitas pembentukan awan-awan hujan.
Juga adanya tingkat labilitas dan kebasahan udara di sebagian besar wilayah Jawa bagian barat yang cukup tinggi, hal ini menyebabkan peningkatan potensi pertumbuhan awan hujan di wilayah Jabodetabek.
Baca Juga: 6 Bulan Tersesat di Gurun Libya, 8 Anggota Keluarga Asal Sudan Tewas Kelaparan
Serta terpantau adanya daerah pusat tekanan rendah di Australia bagian utara yang membentuk pola konvergensi di sebagian besar Pulau Jawa dan berkontribusi juga dalam peningkatan potensi pertumbuhan awan hujan di barat Jawa termasuk Jabodetabek.
"Ada beberapa faktor penyebab banjir di DKI Jakarta Yaitu hujan yang jatuh di sekitar Jabodetabek yang bermuara di Jakarta,kemudian hujan yang jatuh di Jakarta sendiri serta ada pasang laut. Selain itu daya dukung lingkungan juga sangat berpengaruh," katanya.
Saat ini wilayah Jabodetabek masih masuk puncak musim hujan yang diperkirakan masih berlangsung pada akhir Februari hingga awal Maret 2021.***