'Luka Lama' SBY-Mega Diungkit Kembali, Pengamat Politik: Pilihannya Tidak Rujuk Dulu

20 Februari 2021, 18:07 WIB
Luka lama SBY-Megawati kembali memanas /Kolase foto dari ANTARA/Arif Firmansyah

PR BEKASI - Luka lama Pilpres 2004 yang melibatkan nama Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Megawati Soekarnoputri kembali diungkit-ungkit oleh sejumlah politisi.

Luka lama tersebut kembali diungkit akibat pernyataan kontroversi mantan Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Marzuki Alie yang mengatakan langkah politik SBY telah membuat Megawati kecolongan dua kali.
 
Terkait hal tersebut, pengamat politik Ray Rangkuti menilai pengungkitan luka lama tersebut didasari oleh faktor kepentingan.

Baca Juga: Masih Terganjal Restu Ayah, Kalina Oktarani dan Vicky Prasetyo Undur Pernikahan Hingga Maret

Baik PDIP dan Demokrat, ungkap Ray Rangkuti, sama-sama diuntungkan dengan adanya konflik terkait pengungkitan luka lama tersebut.

"Saya kira ketidakakuran itu saling menguntungkan. Justru sebetulnya kalau akur, malah saling rugi," ujar Ray Rangkuti sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com pada kanal YouTube TV One pada Sabtu, 20 Februari 2021.

Menurut Ray Rangkuti, PDIP diuntungkan dalam konflik tersebut lantaran memiliki narasi bahwa Megawati tidak pernah melakukan penzaliman terhadap SBY.

Baca Juga: Wajah Baru New Pajero Sport, Desain 'Dynamic Shield' hingga Harga Terbaru di Indonesia

"PDIP mengeklaim bahwa peristiwa 2004 tidak pernah Bu Mega melakukan penzaliman kepada Pak SBY. Di situ keuntungan bagi mereka," tutur Ray Rangkuti.

Sementara itu, lanjut Ray Rangkuti, Demokrat diuntungkan dengan meningkatnya popularitas dan elektabilitas.

"Peristiwa 'rencana kudeta' yang akan dilakukan kepada Partai Demokrat itu bukan merugikan, tapi mempopulerkan Pak SBY dan Pak Moeldoko, dan terbukti kemarin Pak AHY mengatakan 'bersyukur popularitas dan elektabilitas makin meningkat'," ucap Ray Rangkuti.

Baca Juga: Kirim Foto Selfie, Perseverance NASA Berhasil Tiba di Planet Mars

Ray Rangkuti mengungkap, konflik PDIP dengan Demokrat saat ini memiliki situasi politik yang hampir sama dengan Pilpres 2004 lalu.

"Situasinya hampir sama seperti 2004, yaitu posisi Demokrat di luar dan Bu Mega saat itu berkuasa. Dan dianggap kekuasaan Bu Mega ini lagi powerfull, jadi kemunculan Demokrat dengan 'seperti ini' itu situasinya seolah-olah 2004 di mana Demokrat lagi-lagi akan dizalimi," kata Ray Rangkuti.

Oleh karena itu, Ray Rangkuti menilai kedua belah pihak tidak akan terburu-buru untuk rujuk. Karena lanjut Ray, konflik menguntungkan mereka.

Baca Juga: Jokowi: Kita Perlu Terobosan dan Langkah Baru agar Terlepas dari Krisis

"Oleh karena itu, kapan rujuknya orang ini? Kalau rujuk itu nguntungin mereka. Justru kalau diuntungkan sama-sama kalau sepanjang tidak rujuk, ya pilihannya tidak rujuk gitu," ujar Ray Rangkuti.

Pada penutupnya, Ray Rangkuti menyampaikan saran agar melibatkan Jusuf Kalla dalam menyelesaikan konflik yang sudah berlangsung hampir dua dekade itu.

"Perlu juga ditanya Pak JK, apa benar bahwa kejadian kemarin itu sepengatahuan Pak JK? Apa benar langkahnya itu seperti mencolongi Bu Mega? Supaya clear," ucap Ray Rangkuti.***

Editor: Puji Fauziah

Sumber: YouTube tvOneNews

Tags

Terkini

Terpopuler