Sempat Dilupakan dan Terbenam 7 Meter, Dam Cluwok Peninggalan Belanda Kini Jadi Monumen Pengairan

23 Maret 2021, 18:53 WIB
Bupati Tulungagung Maryoto Birowo didampingi staf melihat dari dekat kondisi bangunan dam Cluwok yang sebelumnya sempat terpendam dalam tanah, di Desa Bono, Tulungagung. /ANTARA/HO-Humas Pemkab Tulungagung

PR BEKASI - Tepat pada Hari Air pada 22 Maret 2021 pemerintah Tulungagung secara resmi menetapkan bangunan peninggalan Belanda, yaitu Dam Cluwok menjadi monumen pengairan.

Bangunan yang sempat dilupakan dan terbenam sedalam 7 meter itu disebut-sebut menjadi bukti bahwa Tulungagung pernah memiliki sistem pengairan modern pengendalian banjir.

Hal itu disampaikan langsung oleh Bupati Tulungagung Maryoto Birowo yang menandai peresmian Dam Cluwok sebagai monumen pengairan, dengan melakukan pemecahan kendi di atas bangunan kuno itu.

"Keberadaan dam atau bendungan ini menjadi bukti sejarah bahwa Kabupaten Tulungagung di era dulu sistem pengairan modern untuk mengendalikan banjir," kata Maryoto Birowo seperti dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Antara, Selasa, 23 Maret 2021.

Baca Juga: Addie MS Apresiasi Keputusan Fadil Imran yang Larang Lakukan Pengawalan Mobil Mewah dan Moge

Baca Juga: Polisi Berhasil Tangkap Pelaku Pencurian Spesialis Ranmor di Cikarang Barat

Baca Juga: Awalnya Tak Tahu Pekerjaan sang Ayah, Anak Freddy Budiman: Aku Tahu dari Media Kalau Papa Bandar Narkoba

Bangunan yang terlupakan itu kini tengah dilakukan terus penggaliannya hingga bagian dari dam yang masih terkubur dapat terlihat.

Diakatakan oleh Kepala Dinas Sumber Daya Air, Wilayah Perumahan dan Permukiman Rakyat, Anang Pratistianto bahwa pihaknya saat ini telah menggali tiga meter bagian atas dam dan akan melanjutkan sisa bagian bawahnya yang masih terkubur.

"Akan terus kami gali biar nampak bagian-bagian pintu air yang ada," kata Anang Pratistianto.

Diketahui melalui bagian dam yang telah di gali, dam Cluwok ini memiliki bentuk yang kokoh. Bangunan buatan masa Belanda ini dibuat dengan cor beton setebal 40 sentimeter.

Baca Juga: Kantongi Hadiah Rp200 Juta Usai Kalahkan Dewa Kipas, Irene: Ini Setara Satu Medali Emas Sea Games

Merujuk sejarah ketika dam ini dibuat pada tahun 1931, tujuan dam ini difungsikan untuk mengatasi banjir di Tulungagung di wilayah kecamatan Boyolangu, Pakel, dan Campurdarat.

Ketika itu Tulungagung yang dilanda banjir, lokasi Dam Cluwok ini merupakan titik pertemuan dari lereng Wilis dan wilayah timur. Sebab itu Dam Cluwok menjadi cara dalam pengendalian banjir serta keirigasian.

Kala itu, pengoperasian dilakukan ketika air tinggi masuk ke Tulungagung, membuat dam ini segera melakukan penutupan.

Baca Juga: Masuk Tiga Besar Survei Presiden Pilihan Anak Muda, Ridwan Kamil: Tak akan Mengubah Etos Kerja Saya

Dengan cara itu maka air diupayakan tidak sampai menggenangi wilayah Boyolangu, Pakel, hingga Campurdarat.

Efektivitas Dam Cluwok ini bertahan hingga tahun 1980-an hingga akhirnya seperti dikatakan oleh Bupati Tulungagung Maryoto Birowo, dinonaktifkan pada tahun 1986.

"Dam ini tercatat mulai dinonaktifkan sejak 26 Juni 1986," kata Maryoto Birowo.

Baca Juga: Disebut Tak Hormati Orangtua, Aurel: Kalau Aku Anak yang Berdosa, Apa Pernah Aku Melawan, Memaki Orangtuaku?

Operasi dihentikan saat itu lantaran digantikan dengan jaringan irigasi 'Parit Agung' yang mengalirkan air menuju laut selatan melalui Bendung Niyama.

Selain itu pembukaan Dam Tulungagung Gate atau Dam Majan yang berada di Desa Majan Kecamatan Kedungwaru, juga turut menonaktifkan Dam Cluwok.

Tidak berfungsi ditambah dengan terpendam dalam lumpur yang melanda Dam Cluwok ketika banjir membuat semakin terlupakannya bangunan tersebut.***

Editor: Puji Fauziah

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler