Kritik Video Malam Pertama Atta-Aurel, Guru NU: Bad Influencers, Pembawa Pengaruh Buruk

11 April 2021, 07:39 WIB
Salah satu video yang diunggah Atta Halilintar mengenai malam pertama sehingga mendapat kritikan dari Ketua PW PERGUNU (Persatuan Guru Nahdlatul Ulama) Papua, Fritz Haryadi. /Tangkapan layar YouTube Atta Halilintar

PR BEKASI – Fritz Haryadi, Ketua PW PERGUNU (Persatuan Guru Nahdlatul Ulama) Papua mengkritik video malam pertama yang diunggah Atta Halilintar dalam kanal YouTube-nya beberapa hari lalu.

Video malam pertama Atta Halilintar dan Aurel Hermansyah itu dibagi beberapa video dengan konteks yang berbeda.

Meskipun tidak menampilkan secara gamblang malam pertama keduanya, Fritz Haryadi menilai video yang diunggah Atta Halilintar itu merupakan tayangan yang tidak baik untuk dikonsumsi oleh kaum milenal.

Baca Juga: Gempa Terkini : BNPB Ungkap Lebih dari 300 Rumah di Jatim Rusak Akibat Gempa

“Dengan subscribers rata-rata remaja usia sekolah, Atta Halilintar menayangkan video malam pertama. Lima juta penonton dalam tempo 24 jam,” kata Fritz Haryadi melalui unggahan di akun Facebook miliknya sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com pada Minggu, 11 April 2021.

“Tentu tidak ada konten porno, platform melarangnya, tapi ini menambah dosis baru dalam asupan kebodohan yang sudah terlalu lama dicekokkan kepada generasi muda kita,” sambungnya.

Ia menyoroti para konten kreator yang menayangkan konten serupa dengan Atta Halilintar bisa dikategorikan ke dalam konten yang sama nilainya dengan sinetron dan acara gosip.

Baca Juga: [Hoaks atau Fakta] Beredar Foto Munarman Sudah Divaksin Covid-19, Ini Faktanya

Oleh karena itu, ia menilai bahwa mereka adalah konten kreator yang dikategorikan dalam bad influencers.

“Atta, dan banyak youtuber dengan tipe konten serupa, berada di kotak yang sama dengan sinetron, infotainment gosip, hingga gerakan agama yang puritan radikal : mereka semua Bad Influencers, pembawa pengaruh buruk,” ujarnya.

Fritz Haryadi pun menceritakan bagaimana perjuangan istrinya yang merupakan guru di Sekolah Menengah Pertama (SMP) untuk mendidik anak muridnya itu yang rata-rata adalah subscriber dari Atta Halilintar.

Baca Juga: Komentari Kondisi Habib Rizieq dalam Persidangan, Ruhut Sitompul: Mulutmu Harimaumu, Sekarang Dialami HRS

Menurut istrinya, rata-rata dari anak-anak SMP itu menjadi subscriber Atta Halilintar hanya karena mengikuti tren saja tanpa memikirkan apa manfaat dari video yang dilihatnya itu.

“Rata-rata mereka mengaku hanya ikut-ikutan tren, seperti bisa diduga. Yang disukai anak-anak ini dari channel Atta diantaranya konten prank, pamer mobil mahal, pamer keseharian yang bergelimang kemewahan,” ucapnya.

Dengan begitu, Fritz Haryadi menilai bahwa apa yang ditayangkan dalam konten Atta Halilintar itu adalah bukti bahwa YouTuber nomor satu di Indonesia itu menghadirkan kebodohan fiktif yang bisa menjadi nyata.

Baca Juga: Sinopsis Ikatan Cinta 11 April 2021: Rendy dan Rafael Lancarkan Aksinya, Akankah Ricky Tererangkap?

Saat istrinya membuka obrolan dengan anak-anak SMP itu, mereka menjelaskan bahwa sebenarnya mereka itu tidak mengerti alur yang ditampilkan dari tayangan Atta Halilintar itu sehingga mereka hanya asal subscribe yang menambah pundi-pundi uang bagi Atta Halilintar.

Padahal, tidak ada keuntungan yang didapatkan dari mereka-mereka yang seharusnya belajar dengan giat bukan malah melihat tontonan yang tidak bermanfaat itu.

“Saat dijelaskan, merekapun mulai berpikir, mulai bisa menangkap ketidakadilan di hadapannya. Orang tuanya banting tulang untuk membelikan pulsa mereka, lalu mereka habiskan untuk menonton channel Atta,” ujar Fritz Haryadi

Baca Juga: Bio Farma Akan Segera Terima 500 Ribu Dosis Vaksin Sinopharm Akhir April 2021, Simak Penjelasan Honesti Basyir

Selain menyoroti video malam pertama Atta Halilintar dan Aurel Hermansyah, Fritz Haryadi pun menyoroti tayangan pamer harta kekayaan dan lelucon partikal atau prank yang kerap kali ditampilkan oleh Atta Halilintar dalam kanal YouTube-nya.

Dengan semakin banyak konten kreator yang menyajikan tayangan yang seperti itu, ia pun menilai bahwa hal ini menjadi ironis.

“Ironis, ini karakter paling mendasar dari bangsa kita, namun kita tidak punya nama untuknya,” ujarnya.***

Editor: Puji Fauziah

Sumber: Facebook

Tags

Terkini

Terpopuler