5.000 'Bintang karang' Dipasang di Perairan Bali, Dorong Pertumbuhan Ekosistem Baru Karang yang Rusak

4 Juni 2021, 14:36 WIB
Pariama Hutasoit ungkap alasan pasang sekira 5.000 bintang karang di Bali untuk dorong pertumbuhan ekosistem baru karang yang rusak. /Reuters/Nyimas Laula


PR BEKASI - Pariama Hutasoit menyelam ke perairan di pulau Bali untuk mengambil plastik dari bintang karang yang dipasang oleh kelompok konservasinya.

Konservasi tersebut dilakukan untuk mendorong pertumbuhan karang baru.

Yayasan Nusa Dua telah memasang hampir 6.000 bintang, dengan struktur baja berbentuk heksagonal berdiameter sekitar satu meter, yang terpasang di seluruh terumbu karang di Bali.

Bintang-bintang tersebut yang menjembatani celah di terumbu tempat karang mati dan mendukung pertumbuhan kembali.

Baca Juga: Peneliti Temukan Obat untuk Bahan Tabir Surya Ramah Terumbu Karang

"Kami bertujuan untuk memasang sekitar 5.000 bintang karang selama lima tahun ke depan," kata Hutasoit, diuktip Pikiranakyat-Bekasi.com melalui Asiaone, Jumat, 4 Juni 2021.

“Dan kedepannya, kami juga jika memungkinkan ingin melakukan ekspansi ke luar Bali untuk restorasi terumbu karang,” ujarnya.

Pariama Hutasoit merupakan seorang aktivis konservasionis terumbu karang di Bali.

Kepulauan Indonesia bisa menampung lebih dari 75 persen spesies karang dunia.

Baca Juga: Ilmuwan Kelautan Ciptakan Teknologi Baru Restorasi Terumbu Karang, Cegah Kerusakan Akibat Perubahan Iklim

Banyak di antaranya mengalami erosi dan pemutihan setiap tahunnya.

Menurut Departemen Kelautan dan Perikanan Bali, hanya lebih dari setengah terumbu karang di Bali yang dianggap dalam kondisi baik dengan 30 persen dalam kondisi buruk, dan sisanya 15 persen dalam kondisi sangat buruk.

Kerusakan diakibatkan oleh aktivitas manusia, salah satunya yaitu penangkapan ikan.

Selain itu kerusakan yang diakibatkan oleh alam seperti pemanasan global, dan gelombang besar.

Baca Juga: Terawang Kru KRI Nanggala-402 Sudah Tenang, Ki Candan Langit: Kapal Tersangkut di Antara Karang

Salah satu bagian dari tugas Yayasan Nusa Dua adalah mengadakan program penjangkauan masyarakat.

Dengan mencoba mendidik penduduk setempat tentang pentingnya melindungi terumbu karang Bali.

I Nyoman Sadnya selaku nelayan setempat, mengatakan bahwa orang tuanya telah menambang karang dari pulau karang selama beberapa dekade.

Dia tidak menyadari terhadap dampak jangka panjang yang akan merusak ekosistem karang.

Baca Juga: Resmikan Desa Agrowisata di Cianjur, Ridwan Kamil Minta Karang Taruna dan Pemuda Desa Terlibat

“Orang tua saya tidak memiliki pekerjaan dan daerah di sini dulunya adalah daerah yang gersang, dan terkadang sulit untuk mencari makanan,” kata Sadnya.

“Jadi orang tua saya memilih penambangan karang untuk bahan bangunan, karena mereka tidak tahu (buruk),” ucapnya.

Dia juga mengatakan bahwa karang menjadi sumber pendapatan orang tuanya.

Salah satunya adalah dengan menambang karang yang populer digunakan untuk pondasi rumah dan hiasan.

“Dengan melihat kondisi terumbu karang saat ini, kami menyadari bahwa apa yang kami lakukan di masa lalu terhadap mereka sama sekali salah,” sambungnya.

Hutasoit menggunakan Hari Laut Sedunia pada 8 Juni untuk memohon lebih banyak dukungan kepada masyarakat Bali untuk kelestarian regenerasi terumbu karang.***

Editor: Rinrin Rindawati

Sumber: Asiaone

Tags

Terkini

Terpopuler