Taliban Kuasai Afghanistan, Abu Tholut: Tak Perlu Khawatir, Itu Tak Picu Aksi Terorisme di Indonesia

22 Agustus 2021, 07:14 WIB
Abu Tholut minta masyarakat tak khawatir atas kemenangan Taliban di Afghanistan, dan dia yakin hal itu tak memicu terorisme di Indonesia. /Al Jazeera

PR BEKASI - Warga Negara Indonesia (WNI) yang pernah jadi petempur di Afghanistan pada 1985-1992, Imron Byhaqi alias Abu Tholut meminta masyarakat Indonesia tak perlu khawatir soal kemenangan kelompok Taliban yang berhasil kuasai Afghanistan.

Abu Tholut menilai, kemenangan kelompok Taliban di Afghanistan kemungkinan tidak akan memicu aksi terorisme di Indonesia. Pasalnya, tidak ada bukti empiris terkait hal itu.

"Kita tidak perlu terlalu khawatir dengan kemenangan Taliban dan kaitan itu dengan aksi terorisme di Indonesia," kata Abu Tholut, yang dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Antara, Minggu, 22 Agustus 2021.

Baca Juga: Pakar Imbau Rakyat Tak Galang Simpatisan Konflik Afghanistan-Taliban: Jangan Sampai Rusak Persatuan Indonesia

"Karena tidak ada bukti empiris kemenangan gerakan di luar negeri memicu aksi terorisme di Indonesia dalam hal ini yang terkait Islam," sambungnya.

Abu Tholut lantas mencontohkan beberapa kemenangan gerakan Islam di luar negeri, misalnya kemenangan Revolusi Iran pimpinan Ayatollah Khomeini, yang tidak langsung disambut gerakan teror di Indonesia.

Menurut Abu Tholut, aksi teror baru akan terjadi jika ada konflik, kezaliman, penjajahan, dan berita-berita duka.

Baca Juga: Megawati Sedih Jokowi Disebut Gagal, Natalius Pigai: Jika Presiden Kerja Benar, Tak Mungkin 120.000 Orang Mati

"Biasanya gerakan kemenangan tidak memicu aksi apa-apa. Karena aksi teror misalnya dipicu oleh berita-berita kekalahan, kezaliman, dan berita duka yang menimbulkan empati," kata Abu Tholut.

"Mereka yang punya sumbu pendek dan pikiran berlebihan kemudian berbuat aksi yang negatif," sambungnya.

Abu Tholut juga menjelaskan bahwa lewat Perjanjian Doha pada 2020 lalu, kelompok Taliban telah berkomitmen tidak akan membiarkan ada gerakan milisi asing, termasuk Al Qaeda beroperasi di Afghanistan.

Baca Juga: SBY Akui Bangga Jadi Presiden RI: Saya Bangga Tidak Satu Orang pun yang Bisa Mendikte Saya

Selain itu, Taliban juga tidak akan membiarkan ada aktivitas yang membahayakan negara lain berlangsung di Afghanistan.

Diketahui, Perjanjian Doha merupakan kesepakatan damai yang diteken oleh Taliban dan Pemerintah Amerika Serikat pada 29 Februari 2020 di Doha, Qatar.

Dalam perjanjian itu, Amerika Serikat sepakat menarik pulang pasukannya, menutup markas militer, dan mencabut sanksi ekonomi.

Pandangan Abu Tholut itu juga disetujui oleh Pengamat Keamanan Internasional Ali Abdullah Wibisono.

Baca Juga: Ngabalin Imbau Rakyat Tak Terprovokasi Isu Taliban Sudah Berubah: Ingat, Dia Masih Teroris Internasional

Menurut Ali Abdullah Wibisono, aksi terorisme terjadi karena ada konflik dan perpecahan.

Dirinya mencontohkan, serangan teror bom yang terkait dengan Islam terjadi di Indonesia sekitar 2002, sementara kelompok Mujahidin saat itu menang melawan faksi komunisme di Afghanistan pada 1994.

"Artinya, ada rentang enam sampai tujuh tahun yang memisahkan dua peristiwa tersebut," kata Ali Abdullah Wibisono.

Ali Abdullah Wibisono juga menyebut bahwa banyak WNI eks petempur di Afghanistan pada periode 1980-an sampai 1990-an saat kembali ke Indonesia menghabiskan waktunya untuk berdakwah, membina organisasi, dan berbisnis.***

Editor: Rika Fitrisa

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler