Berbeda dengan Lebaran Sebelumnya, Perantau Ini Laksanakan Salat Id di Roof Top Indekosnya

24 Mei 2020, 17:30 WIB
Sejumlah perantau yang tinggal di Gang Kelinci, Pasar Baru, Jakarta Pusat, melaksanakan Salat Idulfitri 1441 Hijriah di teras atap rumah atau roof top, Minggu, 24 Mei 2020 /M Risyal Hidayat/Antara

PIKIRAN RAKYAT - Perayaan Idulfitri kali ini berbeda dengan perayaan tahun sebelumnya karena masih berada dalam suasana pandemi Virus Corona atau COVID-19.

Pada hari raya ini, umat muslim selalu melaksanakan ibadah salat Idulfitri yang hanya dilakukan satu tahun sekali.

Salat Idulitri merupakan salat sunnah dua rakaat yang dikerjakan umat muslim di pagi hari. Biasanya ibadah salat Idulfitri ini dilakukan secara berjemaah dalam jumlah jemaah yang banyak di tanah terbuka.

Baca Juga: Taiwan Kecam Rencana Tiongkok Soal UU Keamanan Baru Hong Kong

Namun mengingat situasi masih dalam kondisi pandemi, umat Islam di Indonesia diimbau untuk melakukan salat Id di rumah masing-masing bersama keluarga, terutama bagi daerah yang masuk ke dalam zona merah penyebaran Virus Corona.

Pemerintah Indonesia sendiri telah memberikan imbauan kepada masyarakat agar melaksanakan salat Idulfitri dilakukan di rumah. Baik ditunaikan secara berjamaah satu keluarga maupun dilaksanakan secara mandiri.

Kondisi Lebaran yang berbeda tahun ini juga ikut dirasakan oleh sejumlah warga perantau yang tinggal di Gang Kelinci, Pasar Baru, Jakarta Pusat.

Baca Juga: WHO: Amerika Selatan Jadi Pusat Baru Penyebaran COVID-19

Para perantau tersebut, melaksanakan salat Idulfitri 1441 Hijriah di teras atap rumah atau roof top.

Para perantau ini berasal dari berbagai daerah seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi, dan Sumatera. Mereka semua bekerja dari berbagai sektor di Jakarta.

Sama halnya dengan masyarakat lain, perantau ini tidak bisa mudik ke kampung halaman, karena Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang masih diterapkan oleh pemerintah DKI Jakarta.

Baca Juga: Bermain Game di Usia 90 Tahun, Lansia Ini Pecahkan Guiness World Record

Salat Id berjamaah ini diikuti oleh lima orang, satu orang bertindak sebagai imam dan satu orang lainnya didapuk sebagai penyampai khotbah.

Perantau asal Palu, Sulawesi Tengah, Fauzi Lamboka mengatakan, "Setelah berpuasa selama 30 hari, tidak afdol rasanya bagi umat muslim untuk tidak melaksanakan Salat Id."

Fauzi mengatakan Salat Id ini merupakan sebagai puncak perayaan kemenangan setelah berpuasa dengan menahan lapar dan nafsu.

Baca Juga: Tidak Hanya Masalah Covid-19 yang Kian Masif, Brasil Kini Dihadapkan Masalah Baru

"Karena anjuran pemerintah untuk melaksanakan di rumah, namun ukuran indekos yang kecil, kami mendapatkan tempat di roof top kosan yang bisa digunakan salat berjamaah dengan makmum lima orang," ujar Fauzi.

Ia mengatakan jika kami tepat memaksakan diri untuk pulang bersama keluarga, kami akan membawa penyakit kepada mereka yang sehat di kampung halaman.

Fauzi memaknai Ramadhan dan Idulfitri tahun ini dengan menahan nafsu dan egois demi kepentingan semua orang, bukan hanya diri sendiri dan keluarga.

Baca Juga: Studi Terbaru: Pasien Sembuh Covid-19 Masih Bisa Menularkan Hingga Tiga Minggu Kemudian

Selaku khatib, Fauzi juga menyampaikan dalam khotbahnya, ia mengajak jemaah lain untuk melaksanakan imbauan pemerintah untuk menjaga kesehatan, membudayakan hidup bersih, dan sehat serta memakan makanan bergizi.***

Editor: Billy Mulya Putra

Sumber: Permenpan RB

Tags

Terkini

Terpopuler