Jadikan Minyak Jelantah Bahan Utama, Pengusaha Yogyakarta Bikin Sabun Langsi untuk Lawan Noda Bandel

9 September 2020, 06:35 WIB
Sabun Langsi, sabun berbahan minyak jelantah. /Instagram/@langsi_soap

PR BEKASI - Apa yang terlintas jika Anda mendengar minyak jelantah? Tidak berguna, tidak sehat, harus dibuang.

Namun, siapa sangka salah satu limbah domestik itu, dapat dijadikan sabun untuk mandi.

Di tangan Yomi Windri Asni bersama komunitas bank sampah di Yogyakarta, mereka meciptkan inovasi minyak jelantah menjadi sabun. Sabun buatan komunitas bank sampah itu bukanlah sembarang sabun.

Baca Juga: Pernah Hancurkan Malaysia 5-0, Berikut Rekam Jejak Kepelatihan Alfred Riedl di Indonesia

Melainkan sabun yang diklaim mampu membersihkan noda membandel di pakaian dan bisa digunakan untuk mencuci kain batik dengan pewarna alami dan tidak akan memudarkan warnanya.

"Sangat cepat membersihkan noda, terutama noda yang membandel. Kemudian, karena tidak menggunakan deterjen, jadi aman untuk ibu yang sensitif terhadap deterjen, biasanya menyebabkan timbul rasa panas," ujar Yomi dalam konferensi pers virtual Program Pemberdayaan UMKM - Perempuan Wirausaha Tangguh dan Kreatif, Selasa 8 September 2020, sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Antara.

Yomi mengatakan, sabun kreasinya yang bernaung di bawah label Sabun Langis itu juga tidak menggunakan pemutih dalam pembuatannya sehingga lebih aman untuk lingkungan.

Baca Juga: Sempat Dirumorkan Pada 2015, Alfred Riedl Meninggal Dunia Hari Ini karena Kanker

Kemudian, karena minyak jelantah mengandung cukup banyak asam lemak, Yomi yang berlatar belakang pendidikan ilmu kimia itu tidak menyarankan penggunaan sabun Langis untuk tubuh.

Yomi pun menceritakan mengenai awal mula ia menciptakan sabun dari minyak jelantah itu.

"Awalnya kami aktif dalam gerakan komunitas bank sampah. Pada November 2018 mulai kami mengolah minyak jelantah, karena memang limbah minyak jelantah ini banyak. Dalam satu bulan, di kegiatan bank sampah, kami bisa mengumpulkan sampai 40 liter minyak," tuturnya.

Baca Juga: Gelar Raperda, Perubahan APBD Bekasi 2020 Diprioritaskan untuk Penanganan Covid-19

Lalu, dia memikirkan adakah upaya mengolah limbah ini agar tidak mencemari lingkungan namun memiliki nilai ekonomis. Perlahan dia mulai bereksperimen.

Dia membutuhkan waktu sekitar empat bulan untuk memformulasikan minyak jelantah menjadi sabun yang kini tersedia dalam bentuk batang dan cair.

"Upaya merisetnya butuh waktu empat bulan. Kemudian, kenapa sabun? Sebenarnya minyak jelantah sebagai bagian dari lemak yang menjadi bahan baku sabun. Proses produksi dua minggu hingga satu bulan," ujar Yomi.

Baca Juga: Cegah Klaster Pilkada, KPU Batasi Jumlah Peserta Kampanye Hingga 100 Orang

Berjualan online

Yomi termasuk salah satu pegiat UMKM yang terdampak pandemi COVID-19. Angka penjualan produknya turun signifikan hingga mencapai 50 persen.

Kemudian, beberapa waktu lalu dia berpartisipasi dalam Program Pemberdayaan UMKM - Perempuan Wirausaha Tangguh dan Kreatif hasil gagasan Tokopedia bersama Coca-Cola Foundation Indonesia (CCFI) dan Asosiasi Pendamping Perempuan Usaha Kecil-Mikro (ASPPUK).

Baca Juga: Tak Terekspos Media, David Beckham dan Istri Ternyata Sempat Dikabarkan Positif Covid-19

Melalui program itu, dia diajak untuk mulai berjualan memanfaatkan e-commerce sebagai salah satu cara untuk bertahan di tengah pandemi COVID-19 dan meningkatkan pendapatannya.

"Dengan program, Alhamdulillah saya jadi mengenal platform digital, mulai ada penjualan, lalu kami ada pendampingan terus supaya volume penjualan bisa lebih optimal. Kami didampingi dari awal, membuat akun lalu memotret produk yang menarik, sampai menyelesaikan pesanan. Itu mudah sekali diikuti, jadi kami bisa langsung memanfaatkannya," tutur dia.

Deputy Director Asosiasi Perempuan Pengusaha Usaha Kecil (ASPPUK), Mohammad Firdaus, menyambut positif program tersebut karena bukan hanya memperkenalkan cara pemasaran daring pada para pelaku usaha, tetapi juga adanya pendampingan untuk mereka.

Baca Juga: Mantan Pelatih Timnas Indonesia, Alfred Riedl Meninggal Dunia

"Hampir di atas 50 persen, perempuan yang kami dampingi belum menggunakan media online sebagai sarana marketing. Program ini membuka, awal yang baik. Program ini memberi berkah saatnya pelaku usaha kecil mikro masuk dalam dunia pemasaran secara online," ujar dia.

Sabun Langis batang dibanderol Rp15 ribu per batangnya, sementara untuk sabun cair dia jual Rp25 ribu per botol dan sudah tersedia di salah satu e-commerce yang belakangan ini menjadikan grup idola K-pop Bangtan Sonyeondan (BTS) sebagai brand ambassador-nya itu.
Selain itu sabun ini juga dijual di akun instragam langis_soap

Penjualan produknya kini justru paling banyak ke luar Yogyakarta seperti Jakarta dan Surabaya.

Baca Juga: Bercita-cita Jadi Artis K-Pop? Catat 5 Aturan Ini yang Wajib Dipatuhi

Dalam waktu dekat, Yomi berencana mengeluarkan produk sabun berbentuk bubuk karena menilai adanya pontensi pasar yang besar.***

Editor: Ikbal Tawakal

Sumber: Permenpan RB

Tags

Terkini

Terpopuler