Jelaskan 2 Skenario Terburuk Potensi Tsunami Pulau Jawa, BMKG: hanya 15 Menit Sampai Tepi Pantai

3 Oktober 2020, 16:14 WIB
Ilustrasi tsunami yang diprediksi akan terjadi di selatan Pulau Jawa. /PEXELS/Koji Kamei/

PR BEKASI - Hasil berbagai penelitian telah menemukan bahwa selatan Pulau Jawa berpotensi terhantam ombak setinggi 20 meter. Bahkan, menurut riset Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gelombang tersebut dapat mencapai tepi pantai hanya dalam 15 menit saja.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati pun angkat bicara, ia mengatakan bahwa peneliti BMKG Dr. Pepen Supendi terlibat didalam penelitian tersebut. Dr. Pepen terjun langsung dalam pengolahan data dan analisis seismisitasnya.

Indonesia sudah lebih siap untuk menghadapi potensi tersebut, pasalnya pada tsunami Aceh tahun 2008 BMKG juga telah mengoperasikan Sistem Monitoring dan Peringatan Dini Tsunami.

Baca Juga: Beri Instruksi Baca Buku Felix Siauw 'Muhammad Al-Fatih 1453', Basarah Kritik Habis Kadisdik Babel

Sistem tersebut berfungsi untuk mengantisipasi dampak gempa bumi Megathrust, pada tahun 2008 gelombang tsunami ke pantai terdekat hanya memakan waktu kurang dari 20 menit.

"Sistem yg dibangun tersebut dioperasikan dengan menggunakan Internet of Things (IoT) dan Artificial Intelligent (AI) untuk menghitung secara cepat parameter gempa bumi, magnitudo dan lokasi hiposenter gempa bumi, yang kemudian secara otomatis dg pemodelan matematis dapat dihitung (diestimasi) potensi kejadian tsunaminya," ucap Dwikorita, Jumat, 25 September 2020, dikutip Pikiranrakyat-Bekais.com dari Antara.

Dengan begitu sistem BMKG dapat memberitahukan secara otomatis dalam waktu 3-5 menit setelah gempa terjadi.

Baca Juga: Pintar Manfaatkan Peluang di Tengah Pandemi, Usaha Olahan Tuna Bu Hirto Kini Berkembang Pesat

Peringatan Dini Tsunami dapat disebarluaskan melalui BNPB, BPBD, televisi, dan semua media sosial.

"Artinya, masih tersisa waktu sekitar 15-17 menit sebelum perkiraan datangnya gelombang tsunami untuk evakuasi," ucapnya.

Meskipun telah memiliki Sistem Monitoring dan Peringatan Dini Tsunami, dia mengatakan adanya riset dan sistem belum cukup untuk benar-benar menjamin keselamatan masyarakat dari bencana tsunami.

Baca Juga: Paksa Anak di Bawah Umur Lakukan Adegan Vulgar, Pria Ini Dijatuhi Hukuman 600 Tahun Penjara

Harus ada kesiapan dari berbagai pihak, termasuk masyarakat dan pemerintah daerah harus sigap dalam merespon Peringatan Dini tersebut. Hingga menyiapkan strategi dan sarana guna evakuasi.

"Selain itu, masyarakat harus terus diedukasi supaya semakin aware terhadap bahaya gempa dan tsunami yang ada di wilayahnya," katanya.

Kepala BMKG tersebut juga menjelaskan bahwa riset yang dilakukan BMKG merupakan multidisiplin data, ilmu dan lintas instansi, guna mengkaji potensi gempa bumi terjadi di zona seismic gap pada sumber gempa Megathrust Selatan Jawa.

Baca Juga: Hati-hati, Ini Tiga Dampak Buruk dari Kurang Tidur Bagi Kesehatan Pria

Di samping itu juga menganalisis dampak gempa bumi Megathrust tersebut berupa ketinggian gelombang tsunami di pantai selatan Jawa.

"Jadi pada area seismic gap di zona sumber gempa Megathrust ini dijadikan sebagai input dalam pemodelan tsunami dengan menggunakan beberapa skenario; skenario 1 jika hanya segmen Megathrust selatan Jawa Barat saja yang pecah," katanya.

Skenario 2 jika hanya segmen Megatrust selatan Jawa Timur saja yang pecah, kemudian kemungkinan terburuknya adalah kedua segmen ini pecah bersamaan bisa menghasilkan magnitudo Mw 9.1.

Baca Juga: Ajak MUI Verifikasi Kehalalan Vaksin Sinovac, Jubir Wapres: Kalau Tidak Halal, Tidak Masalah

Lalu jika menggunakan permodelan kedua segmen ini pecah bersamaan maka akan menyebabkan tsunami dengan ketinggian maksimum 20 meter di selatan Jawa bagian Barat dan 12 meter di selatan Jawa Timur, dengan ketinggian tsunami rata-rata 4.5 meter.

"Dari hasil riset tersebut waktu datangnya gelombang tsunami sekitar 20 menit." ucapnya.***

Editor: Ikbal Tawakal

Sumber: Permenpan RB BMKG RRI

Tags

Terkini

Terpopuler