PR BEKASI - Kabar tentang potensi mega tsunami di jalur selatan Pulau Jawa terus menjadi buah bibir bagi masyarakat Indonesia.
Tsunami tidak serta-merta terjadi begitu juga, terdapat beberapa syarat agar bencana alam mungkin bisa terjadi.
Syarat tersebut tentu saja berupa gempa, kedalaman gempa harus kurang dari 70 Km, pusat gempa di dasar laut, besaran gempa lebih dari 7 SR, dan patahan berupa patahan lempeng naik-turun atau vertikal.
Baca Juga: Jaksa Agung Diisukan Akan Diganti Akibat Djoko Tjandra, Pengamat: Cerminan Rusaknya Penegakan Hukum
Terkait hal tersebut, saat ini tim peneliti dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta tengah mengembangkan early warning system (EWS) atau sistem peringatan dini gempa bumi.
Alat tersebut mampu mendeteksi dan memberikan peringatan gempa, bahkan diklaim dapat memprediksi terjadinya gempa bumi dari satu hingga tiga hari sebelumnya.
Sistem peringatan dini gempa tersebut dikembangkan berdasarkan perbedaan konsentrasi gas radon dan level air tanah yang merupakan anomali alam sebelum terjadinya gempa bumi.
Sebelum terjadi gempa bumi akan muncul fenomena paparan gas radon alam dari tanah yang meningkat signifikan, diikuti naik turunnya permukaan air tanah secara signifikan.
Baca Juga: Kasus Covid-19 di Jabar Tembus Angka 22.000, Pemprov Galakkan Lagi Gerakan 3M