Komentari Masih Adanya Aksi Demo Tolak UU Ciptaker, Moeldoko: Mau Diajak Bahagia Saja, Susah Amat!

18 Oktober 2020, 06:45 WIB
Kepala Kantor Staf Kepresidenan (KSP), Moeldoko. /

PR BEKASI - Kepala Staf Kepresidenan RI Moeldoko mengkritik aksi demo penolakan UU Cipta Kerja yang berujung ricuh disertai pengrusakan beberapa fasilitas umum yang terjadi beberapa waktu lalu.

Berbeda pendapat dengan kebanyakan masyarakat yang menilai bahwa UU Cipta Kerja akan menyengsarakan rakyat, terutama yang menggantungkan hidupnya sebagai buruh atau pekerja, Moeldoko justru menegaskan bahwa UU Cipta Kerja dibuat justru untuk membahagiakan rakyat.

Oleh karena itu, Moeldoko menyayangkan sejumlah aksi demo yang terjadi, karena seolah-olah masyarakat susah untuk diajak bahagia.

Baca Juga: Prediksi dan Link Live Streaming Newcastle vs MU Minggu Dini Hari: Misi Bangkit Harry Maguire Cs 

"Mau diajak bahagia saja kok susah amat!," ujar Moeldoko, sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari RRI, Minggu, 18 Oktober 2020.

Moeldoko juga menyatakan bahwa keputusan mengesahkan UU Cipta Kerja merupakan wujud untuk menampilkan wajah baru Indonesia.

Menurut Moeldoko, wajah baru tersebut nantinya dinilai mampu memberikan kebahagiaan kepada masyarakat.

Karena diketahui, Indeks Kebahagiaan Dunia (World Happiness Report/ WHR) pada 2019 menempatkan Indonesia di posisi 92 dari 156 negara dunia. Sedangakan untuk wilayah Asia Tenggara, Indonesia berada di bawah Singapura, Thailand, Filipina, bahkan Malaysia.

Baca Juga: Tanggapi Tewasnya Guru Sejarah di Prancis, Charlie Hebdo: Intoleransi Telah Lewati Ambang Batas 

"Wajah Baru Indonesia adalah wajah rakyat. Wajah bahagia di mana kita punya harga diri, punya martabat. Rakyat yang mempunyai daya saing, punya peluang dan karier, serta punya masa depan," kata Moeldoko.

Moeldoko menjelaskan wajah baru tersebut adalah reformasi pada sejumlah aspek melalui UU Cipta Kerja, yang meliputi penciptaan lapangan kerja baru seluas-luasnya bagi masyarakat.

Dia menyatakan, lewat UU Cipta Kerja pemerintah mengupayakan jaminan yang lebih baik tentang pekerjaan, pendapatan, dan bidang sosial.

"Coba bayangkan, sampai saat ini ada 33 juta orang yang mendaftar menjadi peserta Kartu Prakerja. Betapa besar kebutuhan lapangan kerja saat ini. Melalui UU Cipta Kerja ini, membuka kesempatan yang luar biasa bagi pengusaha kecil dan menengah (UMKM) dan koperasi," tutur Moeldoko.

Baca Juga: Temukan 3 Penampungan Ilegal Calon Pekerja Migran di Cirebon, Kepala BP2MI Menitikkan Air Mata 

Selain itu, Moeldoko menjelaskan, UU Cipta Kerja disusun sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo tentang visi "Indonesia Maju".

Visi membangun Indonesia maju antara lain pembangunan sumber daya manusia (SDM), reformasi birokrasi, dan transformasi ekonomi.

Menurut Moeldoko, melalui UU Cipta Kerja, pemerintah berupaya menciptakan lapangan kerja baru seluas-luasnya.

Oleh karena itu, UU Cipta Kerja merupakan solusi terhadap rumitnya birokrasi dan regulasi yang selama ini menghambat investasi di Indonesia.

Baca Juga: Gatot Nurmantyo Disebut Berbalik Arah Karena Puji UU Cipta Kerja, KAMI Beri Penjelasan 

"UU Cipta Kerja ini merupakan penyederhanaan regulasi yang dibutuhkan sehingga mau tidak mau birokrasi juga harus mengalami reformasi," ujar Moeldoko.

Namun, banyak pihak yang terburu-buru menolak UU Cipta Kerja tanpa memahami substansi undang-undang itu sendiri.

Padahal, dia berharap saat ini seluruh elemen bangsa, termasuk masyarakat, bersatu menghadapi situasi yang serba tidak menentu.

"Saya lihat banyak tokoh yang sesungguhnya belum memahami isi sepenuhnya, tapi keburu menolak. Padahal saat ini yang dibutuhkan adalah sebuah persatuan. Mereka menyampaikan keberatan isi substansi dari undang-undang yang mungkin itu konsep sebelum disahkan," ucap Moeldoko.

Baca Juga: Desak Jokowi Terbitkan PERPPU Pembatalan UU Cipta Kerja, 4 Alasan Berikut Diperjuangkan ASPEK  

Kendati demikian, Moeldoko mengatakan, Presiden Jokowi teguh mengambil sikap untuk berinovasi menjawab tantangan global.

Menurutnya, Jokowi tak takut mengambil risiko meski UU Cipta Kerja menimbulkan banyak perdebatan.

"Presiden Jokowi memilih untuk tidak takut mengambil risiko. Mengambil jalan terjal dan menanjak," ujar Moeldoko.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: RRI

Tags

Terkini

Terpopuler