Ketika Akhir Pekan Anies Baswedan Diisi dengan Buku tentang 'How Democracies Die', Sindir Siapa?

22 November 2020, 16:32 WIB
Anies Baswedan menikmati akhir pekan dengan membaca buku berjudul "How Democracies Die" yang ditulis Steven Levitsky. /Twitter @aniesbaswedan

PR BEKASI - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan kembali mendapat perhatian warganet di akhir pekan ini dengan unggahan sederhananya di media sosial Instagram miliknya.

Dalam unggahan itu, Anies menampilkan dirinya yang sedang duduk santai saat masih mengenakan sarung dengan membaca buku 'How Democracies Die' karya dari penulis Steven Levitsky dan Daniel Ziblatt yang salah satu isinya membahas soal kematian demokrasi.

Dari sekian banyak kemungkinan pose membaca buku, gaya membaca buku tersebut yang dipilih Anies untuk masuk dalam unggahan Instagramnya.

Baca Juga: Jelang Dibukanya Pembelajaran Tatap Muka, La Nyalla Minta Satgas Covid-19 Sekolah Dibentuk

Buku berwarna biru dengan ukuran huruf besar tampak pada sampul buku yang diberi warna kontras putih itu,  tampak jelas terlihat dalam unggahannya yang kemudian menarik perhatian warganet.

Sekilas sinopsis dari buku 'How Democracies Die' itu menceritakan tentang peringatan rusaknya "toleransi timbal balik" dan penghormatan terhadap legitimasi politik oposisi.

Selain itu, penulis buku juga menegaskan pentingnya sebuah pemerintah menghormati pendapat orang-orang yang memiliki pendapat politik yang berbeda secara sah.

Tidak diketahui secara pasti maksud unggahan tersebut apa, namun dalam keterangannya, Anies Baswedan hanya memberi ucapan selamat untuk menikmati Minggu pagi.

Baca Juga: LIVE STREAMING MotoGP Portugal Hari Ini, Pembuktian Hegemoni Suzuki di Musim Ini

"Selamat pagi semua. Selamat menikmati Minggu pagi." tulisnya, yang dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Instagram miliknya @aniesbaswedan, Minggu, 22 November 2020.

Meski begitu, warganet menilai bahwa ada 'kode' yang sedang dilakukan Anies melalui unggahannya. Dalam komentarnya, warganet merasa terfokus terhadap buku tersebut.

Meski begitu, situasi dalam beberapa pekan terakhir, terutama setelah kedatangan Habib Rizieq, nama Anies Baswedan ikut terseret. Terutama setelah Anies langsung menemui Habib Rizieq selepas tibanya imam besar FPI tersebut di kediamannya di Petamburan, Jakarta Pusat.

Apalagi ketika acara-acara besar Habib Rizieq menimbulkan kerumunan massa. Anies Baswedan dan jajarannya pun dituding tidak tegas dalam menegakkan aturan protokol kesehatan covid-19 di saat PSBB transisi masih dilaksanakan.

Baca Juga: Anies Baswedan Baca Buku 'How Democracies Die', Ferdinand Hutahaean: Bacaamu Bagus Pak Gub

Buntutnya adalah pemanggilan Anies Baswedan oleh pihak Kepolisian untuk dimintai klarifikasi atas kejadian itu. Dalam hal itu, sekiranya 9 jam dengan 33 pertanyaan yang menghasilkan berkas sejumlah 23 halaman, Anies Baswedan dicecar.

Kemudian isu seputar protokol kesehatan tersebut berlanjut dengan keluarnya instruksi pencopotan kepala daerah melalui instruksi Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tirto Karnavian secara tiba-tiba yang turut menjadi perbincangan para tokoh publik.

Ditambah polemik pencopotan baliho Habib Rizieq yang diperintahkan oleh Pangdam Jaya Mayjen TNI Dudung Abdurachman, yang dinilainya mengandung pesan-pesan kontroversial terkait revolusi.

Pro dan kontra pun bermunculan terhadap situasi Indonesia akhir-akhir ini. Kemunculan unggahan Anies Baswedan di tengah situasi panas Indonesia saat ini tentu menarik perhatian masyarakat.

Baca Juga: Jadi yang Tidak Biasa, Nenek 73 Tahun Ini Rutin Lakukan Aksi 'Gila' di Gym Hingga Dapat Rekor

Salah satunya wakil ketua MPR, Hidayat Nur Wahid yang merespons positif unggahan Anies Baswedan sebagai contoh tradisi yang bagus.

"Pemimpin memang perlu terus meluaskan wawasan. Membaca buku berbobot adalah salah satu caranya. Penting kualitas demokrasi diselamatkan. Agar Rakyat dan NKRI maju aman sejahtera. Tradisi yg bagus dari pak Gub @aniesbaswedan, dan tidak perlu diperdebatkan," cuit Hidayat Nur Wahid.

Selain itu, Ketua Umum PSI, Tsamara Amany juga mempunyai pandangan berbeda mengenai isi buku yang dibaca Anies Baswedan.

"Salah satu poin menarik dalam buku ini adalah pentingnya proses ‘gatekeeping’ partai politik agar seorang tiran yang mengandalkan massa & fanatisme tidak terpilih menjadi Presiden. Menarik memang," ucap Tsamara Amany.

Baca Juga: Kritik TNI yang Copot Baliho HRS, Fadli Zon: Isi Balihonya Bagus, Kenapa Banyak yang Kepanasan?

Jika ditilik lebih jauh, buku tersebut merupakan buku yang ditulis seputar demokrasi di negara Amerika Serikat saat ini.

Secara umum dapat disimpulkan bahwa buku tersebut berbicara tentang kematian demokrasi yang terjadi di negara Amerika Serikat pada kepemimpinan Donald Trump.

Selain itu dalam buku itu juga turut mengulas tentang bagaimana cara menyelamatkan demokrasi di negara yang terkenal demokratis selama ini.

Sebab itu tidak diketahui apakah buku tersebut merujuk seputar perpolitikan Amerika saat ini, saat Donald Trump's telah kalah dalam kontestasi pemilu Amerika ataukah perpolitikan Indonesia saat ini.***

Editor: M Bayu Pratama

Tags

Terkini

Terpopuler