Sindir Buku Bacaan Anies, Yunarto Wijaya: Depannya 'Demokrasi', Belakangnya Urusan Semen

22 November 2020, 19:02 WIB
Yunarto Wijaya (kiri) sindir Anies Baswedan (kanan) yang membaca buku berjudul "How Democracies Die" karya Steven Levitsky. /Pikiran-Rakyat.com/Kolase foto dari Twitter @aniesbaswedan dan Instagram @yunartowijaya.

PR BEKASI - Nama Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan kembali menjadi perbincangan hangat publik Indonesisa baru-baru ini.

Kali ini, Anies menjadi sorotan usai unggahan potret ia yang tengah membaca buku pada akun media sosial Twitter dan Instagram-nya. Pasalnya, buku yang dibaca Anies berjudul fantastis yakni "How Democracies Die" karya dari penulis Steven Levitsky dan Daniel Ziblatt.

"Selamat pagi semua. Selamat menikmati Minggu pagi." bunyi petikan kutipan takarir akun Instagram dan Twitter-nya.

Baca Juga: Heboh Pencopotan Baliho Habib Rizieq, Simak Syarat Izin Pasang Papan Reklame di Jakarta

Buku tersebut merebut perhatian publik, bahkan beberapa orang mengait-kaitkannya dengan hal-hal yang terjadi menimpa Anies belakangan ini.

Merespon unggahan Anies tersebut, Yunarto Wijaya menyindir buku bacaan yang tengah dibaca Anies tersebut. Ia menyindir bahwa apa yang tampak di hadapan publik, tidak sama dengan apa sebenarnya dibaca Anies.

"Panggung depannya urusan 'Demokrasi', Panggung belakangnya urusan Bisnis semen, power plant sama bank," kaya Yunarto Wijaya dalam akun Twitter-nya, sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com pada Minggu, 22 November 2020.

Baca Juga: Pangdam Jaya Perintahkan Copot Baliho Habib Rizieq, MPR: Apa yang Dilakukan TNI Sudah Sesuai UU

Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia tersebut juga menambahkan, ketimbang membaca buku, lebih baik Anies menyoroti pengerukan sungai mengingat mulai memasuki musim penghujan.

"Pakgub lagi belajar cara membuat demokrasi mati? Mending urusin pengerukan sungai pak, mulai hujan mulu," tutur Yunarto Wijaya.

Sebagai informasi, Anies yang mengunggah potret dirinya tengah membaca dan kemudian menjadi perbincangan publik bukan kali ini saja. Sebelumnya, Anies pernah mengunggah potret dirinya membaca sebuah koran yang memuat tentang Palestina.

Baca Juga: Terjun ke Dunia YouTube, Iwan Fals: Biar Kaya Orang-orang ‘Ngalor Ngidul’ Pokoknya

Menelisik lebih jauh, buku "How Democracies Die" yang viral karena dibaca oleh Anies Baswedan tersebut merupakan karya seorang ilmuwan politik lulusan Universitas Harvard, yaitu Steven Levitsky dan Daniel Ziblat.

Buku yang diterbitkan pada 16 Januari 2018 lalu tersebut diketahui mempunyai tebal 380 halaman.

Isi dari buku tersebut menggambarkan bagaimana seorang pemimpin yang terpilih memiliki sumber daya serta akses mengubah proses demokrasi untuk memperkuat cengkraman kekuasaan secara perlahan di masyarakat.

Baca Juga: RPP Izin Berusaha Berbasis Risiko Dikebut Pemerintah, Airlangga Hartarto: Beri Kepastian Investasi

Buku tersebut juga memaparkan bagaimana berbagai cabang pemerintahan dalam suatu sistem dengan pemisahan kekuasan yang mendapat legitimasi untuk melemahkan kelompok lain atau oposisi.

Buku tersebut diketahui dibuat untuk meneliti dinamika politik dalam negeri dalam Pemilihan Presiden Amerika Serikat tahun 2016, serta dinamika politik dalam masa pemerintah Presiden Donald Trump.

Seperti diketahui, Donald Trump merupakan salah satu presiden paling kontroversial dalam sejarah Amerika.

Baca Juga: Ketika Akhir Pekan Anies Baswedan Diisi dengan Buku tentang 'How Democracies Die', Sindir Siapa?

Ia dinilai kerap mengeluarkan kebijakan yang kontroversial, baik itu kebijakan dalam negeri maupun luar negeri.

Salah satu kebijaka Trump yang menjadi perhatian luas adalah pengakuannya terhadap Jerusalem sebagai ibu kota dari Israel yang membuat masyarakat dunia murka dan berpengaruh pada stabilitas perdamaian di Timur Tengah.***

Editor: Ikbal Tawakal

Tags

Terkini

Terpopuler