"Jika berita itu benar, justru China menghargai negara lain dengan mengekspor vaksin mereka Sinovac. Sedangkan mereka sendiri malah menggunakan yang sederhana produk impor Pfizer," tutur Sudjiwo Tedjo dalam akun Twitter-nya, sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com pada Jumat, 18 Desember 2020.
Jika berita itu benar, justru China menghargai negara lain dgn mengekspor vaksin mereka Sinovac. Sedangkan mereka sendiri malah menggunakan yg sederhana produk impor Pfizer. Heuheuheu https://t.co/1NZ9pQuF5F— Jack Separo Gendeng (@sudjiwotedjo) December 16, 2020
Sebagai informasi, Shanghai Fosun Pharmaceutical Group mengatakan perusahaan akan mendapat 60 persen laba kotor dari penjualan dosis vaksin Pfizer yang dibuat dengan bahan curah impor.
Sementara itu, perusahaan menargetkan keuntungan 65 persen untuk penjualan dosis impor siap pakai.
Walaupun demikian, belum ada pengumuman kesepakatan ini dari pemerintah China.
Baca Juga: Lepas Rindu Usai 16 Hari Berpisah, Istri dan Anak-anak Datangi Anies Baswedan Meski Terhalang Kaca
Akan tetapi, lampu hijau sudah diberikan agar vaksin bernama B162B2 itu di uji klinis di China di bulan November 2020 lalu.
Adapun Vaksin Pfizer ini sebelumnya telah dibeli Inggris, AS, dan menerima persetujuan penggunaan darurat dari sejumlah negara.
China sendiri sebenarnya memiliki vaksin lokal. China bahkan sudah memberikan persetujuan darurat untuk dua kandidat vaksin yakni milik Sinopharm dan Sinovac Biotech Ltd.
China juga telah menyetujui penggunaan darurat vaksin Cansino untuk kepentingan militer.
Baca Juga: Mulai Hari Ini Angkasa Pura II Turunkan Harga Tes Covid-19 di Bandara, Berikut Rincian Biayanya
Editor: M Bayu Pratama