Kesaksian Nelayan saat Jatuhnya Pesawat SJ182: Seperti Ada Kilat ke Arah Air Disusul Dentuman Keras

- 11 Januari 2021, 06:42 WIB
Kapten kapal nelayan Hendrik Mulyadi (kiri) dan ABK Solihin (kanan), saksi mata kejadian jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182 di sela kegiatan pengecekan kapal penangkap kepiting rajungan di Pulau Lancang.
Kapten kapal nelayan Hendrik Mulyadi (kiri) dan ABK Solihin (kanan), saksi mata kejadian jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182 di sela kegiatan pengecekan kapal penangkap kepiting rajungan di Pulau Lancang. /ANTARA/Ricky Prayoga/

PR BEKASI – Jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ182 membawa cerita tersendiri bagi para nelayan di sekitar Pulau Lancang dan Pulau Laki, Kepulauan Seribu.

Diketahui, terdapat beberapa pengakuan dari nelayan yang menjadi saksi insiden jatuhnya pesawat rute Jakarta-Pontianak itu. Salah satunya adalah Hendrik Mulyadi yang menyaksikan kejadian nahas di sore hari itu

Hendrik menceritakan dirinya saat kejadian nahas tersebut berada di lokasi yang diduga kuat menjadi lokasi jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182 itu bersama dua rekannya yang merupakan Anak Buah Kapal (ABK) di kapal pencari rajungannya.

Baca Juga: Sangat Rawan Digunakan, Polisi Akan Dalami Izin Pemukiman Area Longsor Sumedang

Menurutnya, saat itu hujan cukup besar (kemungkinan berkabut), dan ia bersama rekannya berada tengah laut sedang konsentrasi mengambil bubu (alat penangkap rajungan).

"Tiba-tiba ada seperti kilat ke arah air disusul dentuman keras, puing berterbangan kemudian air (ombak) berubah tinggi," ujarnya.

"Untung kapal saya enggak apa-apa," sambung pria 30 tahun itu dalam perbincangannya dengan Antara di lokasi, seperti yang dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com pada Senin, 11 Januari 2021.

Baca Juga: Tingkatkan Kewaspadaan! Tujuh Hari ke Depan Wilayah-wilayah Ini Diprediksi Alami Cuaca Ekstrem

Setelah rangkaian kejadian yang berlangsung di bawah dua menit tersebut, Hendrik mengaku dirinya dan dua rekannya tidak bisa melakukan apa-apa selain bertanya-tanya ada apa gerangan yang terjadi dan sempat mengira itu adalah bom yang jatuh dan meledak.

Namun anehnya, Hendrik mengaku sesaat sebelum kejadian tidak terdengar suara mesin pesawat sebelum dentuman keras, serta tidak terlihat kobaran api membubung sesaat setelah dentuman keras.

"Suara mesin gak ada. Terus saat kejadian gak kelihatan ada api, hanya asap putih, puing-puing yang berterbangan, air yang berombak besar, dan ada aroma seperti bahan bakar," ujarnya.

Baca Juga: 13 Orang Ditemukan Meninggal Dunia, PVMBG: Longsoran Susulan di Cihanjuang Masih Berpotensi Terjadi

Meski tidak mengalami cedera dan kapalnya tidak mengalami kerusakan, Hendrik mengaku masih terguncang, hingga tidak enak makan dan tidur sampai tak sanggup bekerja mencari rajungan seperti sedia kala.

Dari informasi yang dihimpun Pesawat Sriwijaya Air nomor register PK-CLC dengan nomor penerbangan SJ-182 dengan rute Jakarta-Pontianak hilang kontak pada Sabtu, 9 Januari 2021, pukul 14.40 WIB dan jatuh di perairan Kepulauan Seribu di antara Pulau Lancang dan Pulau Laki.

Pesawat jenis Boeing 737-500 itu hilang kontak pada posisi 11 nautical mile di utara Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang setelah melewati ketinggian 11.000 kaki dan pada saat menambah ketinggian di 13.000 kaki.***

Editor: Ikbal Tawakal

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah