Dikabarkan Bisa Sebabkan Kematian, Peneliti Membantah: Tak Pernah Ada Orang Meninggal karena Vaksin

- 5 Februari 2021, 16:14 WIB
Sejumlah tenaga kesehatan mengikuti vaksinasi dosis pertama vaksin Covid-19 Sinovac di Istora Senayan, Jakarta, Kamis 4 Februari 2021.
Sejumlah tenaga kesehatan mengikuti vaksinasi dosis pertama vaksin Covid-19 Sinovac di Istora Senayan, Jakarta, Kamis 4 Februari 2021. /ANTARA FOTO

PR BEKASI – Beredar kabar bahwa vaksin dapat menyebabkan kematian pada seseorang.

Namun hal tersebut dibantah melalui pernyataan peneliti dari Bioteknologi Bimo Ario Tejo, PhD, yang mengungkapkan bahwa orang tidak akan meninggal disebabkan vaksinasi COVID-19 sehingga menurutnya masyarakat perlu menghilangkan stigma kekhawatiran mengenai vaksinasi tersebut.
 
“Tidak pernah ada orang meninggal karena divaksin, hari ini divaksin besok meninggal,” ujar Bimo, seperti dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari situs berita Antara, Jumat, 5 Februari 2021.

Baca Juga: Pertanyakan Ucapan Moeldoko Soal Dinamika Internal Demokrat, Arief Munandar: Tapi Anda Kok Terlibat?
 
“Bukan karena kita makan sate besok mati kemudian disebut sate menjadi penyebab kematian,” sambungnya.

Pria yang juga merupakan Profesor Madya dari Universiti Putra Malaysia ini mengungkapkan terdapat narasi-narasi yang menggiring bahwa vaksin berbahaya bagi kehidupan.
 
Padahal sejatinya, sejak tahun 1804 silam, Indonesia yang saat itu dijajah Belanda sudah mengenal vaksin cacar.
 
Vaksin ini lebih lanjut menurutnya, terbukti mampu menekan penularan penyakit cacar yang mematikan tersebut.

Baca Juga: Beri Jawaban Mengejutkan Soal Kebenaran Status Kewarganegaraannya, Orient Riwu Kore: Sudah Ada yang Mengurus
 
Dengan adanya vaksin ini, wabah cacar di berbagai tempat di dunia berhasil untuk berangsur diatasi dengan baik.

“Lebih ada seribu hoaks yang beredar di antaranya soal vaksin. Masyarakat kemudian seperti kehilangan ingatan kolektif soal manfaat vaksin,” katanya.
 
Ia pun mencontohkan terkait hoaks soal vaksin itu di antaranya dapat memicu depopulasi atau mengurangi jumlah penduduk.
 
Padahal secara data logaritmik jumlah penduduk terus berkembang hingga saat ini meski dalam beberapa generasi sudah divaksinasi.

Baca Juga: Sejajar dengan Elon Musk, Anies Baswedan Dinobatkan Jadi Pahlawan Transportasi Dunia
 
Hoaks lainnya, menurut Bimo, melalui vaksin akan diselundupkan microchip yang menjadi pelacak terhadap orang yang divaksin.

Sudah barang pasti hal tersebut tidak perlu dikhawatirkan karena cenderung tidak masuk akal.
 
“Sekarang saja kita mudah dilacak pakai ponsel kita masing-masing (dengan di dalamnya terdapat banyak aplikasi). Masyarakat beberapa seperti kehilangan perspektif. Selama hidup kita kenal dengan vaksin sejak lahir. Kenapa vaksinasi yang saat ini dipertanyakan,” tuturnya.
 
“Vaksinasi ini menjadi bagian dari kita karena bisa mencegah suatu penyakit melalui vaksinasi. Ini mengembalikan ingatan kolektif. Pada tahun 1960-an Indonesia mampu menghilangkan penyakit cacar melalui vaksinasi dan seolah kini masyarakat lupa,” sambungnya.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x